Home » » Kampung Melayu Di Makassar

Kampung Melayu Di Makassar

Written By Unknown on Rabu, 04 Maret 2015 | 00.01

Kehangatan Orang - Orang
Kampung Melayu Di Makassar
Sammy Lee, bertutur dalam kisahnya sewaktu bermukim dikota Makassar. Saya dilahirkan dan besar di Kampung Melayu. Saya bersekolah di SD. Frater Mamajang. Bagi saya, Kampung Melayu dan Warganya adalah tempat terbaik yang menjadikan saya menikmati masa kanak - kanak yang begitu manis dan penuh kenangan dikota Makassar.
Ditahun 1950 - an. Banyak kawasan yang masih dikenal kuat dengan nama Belanda. Bahkan salah satu kawasan yang saya ingat adalah "Kampung Balanda", yakni sekarang bernama Jalan Sawerigading dan sekitarnya. Dalam hal ini tentu tiada lepas dari sejarah pendudukan Belanda di Makassar, pusat kota yang menjadi tempat tinggal para pejabat pemerintah Belanda dimasa pendudukan.
Mengenai nama - nama tempat berbahasa Belanda, tentunya masih melekat dalam ingatan saya dan teman - teman sebaya dan sepermainan dikala itu. Ditahun 1950 - an, nama - nama itu masih sering disebut untuk menjelaskan alamat, meski nama resminya telah berubah setelah Indonesia Merdeka. Misal Maros Weg atau Jalan Maros, sekarang dikenal dengan nama Jalan Gunung Bawakaraeng. Konon nama jalan ini merujuk pada jalan poros inilah yang membentang hingga ke Maros, yang memang harus melewati jalan tersebut.
Suasana Makassar diawal 1950 - an. Sangat jauh berbeda dengan Makassar, yang ada sekarang. Jalan - jalannya sungguh bersih dan rindang. Tata kota begitu teratur dan asri, sehingga warga kota menikmati betul jalan - jalan berkeliling kota. Saya dan teman - teman selalu bersepeda berkeliling kota. Kemudian untuk jalan - jalan keluar kota, Paman saya biasanya menyewa taksi berupa mobil station wagon, yang dulu lokasi mangkalnya disudut "Tronk Weg" (kini Jalan Nusakambangan). O....iya! Kata Tronk arti dalam bahasa Belanda, dari kata inilah diadaptasi menjadi "Tarunku" alias penjara dalam bahasa Makassar.
Dimasa penjajahan, Ayah bekerja di Publik Openbaru Werkdienste yang berarti Departemen Pekerjaan Umum, dimasa itu. Awalnya kami berdomisili dijalan Matjini (Maccini) kemudian pindah ke Konings Laan, sekarang disebut sebagai Jalan Sawerigading.
Sahabat saya yang bernama Sabir Syiwu (sekarang dokter ahli jiwa) terkenal dikota Makassar adalah teman perjalanan setia dan pulang pergi ke SD Frater Mamajang. Kami selalu berboncengan naik sepeda dari Kampung Melayu ke Mamajang. Setiap hari saya bermain kerumahnya. Kenangan yang sulit dilupakan adalah suasana kekeluargaan dengan para tetangga. Didepan rumah orang tua Sabir Syiwu, ada pabrik kecap. Pemiliknya kami sering memanggilnya dengan nama Ance' Keca'. Seringkali kami menikmati rujak dengan bumbu yang berupa kecap, taiciung dan gula merah, yang disubsidi dari pabriknya Ance' Keca'. Sebagai imbalannya, kami selalu membantu Ance' Keca' untuk menutupi tempayan - tempayan kecap dan taiciung nya kalau tiba - tiba turun hujan.
Bersambung.......
Makassar Ku, Makassar Mu.
Hari Rabu, 04 Maret 2015.
Jam 00 : 45 Wita.
Share this article :

1 komentar:

Silahkan tinggalkan komentar di atas caranya
1. Masukkan Komentar anda di kolom komentar
2. Pada Kotak "Beri Komentar sebagai" pilih akun yang ada pada pilihan.
3. klik publikasikan.
5. isi code capta
6. tekan enter atau publikasikan.

Anda di perbolehkan berkomentar dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1. Komentar jangan mengandung SARA dan PORNO
2. Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan.
3. Tidak Boleh SPAM
4. Jangan meninggalkan Link aktif pada komentar. Komentar dengan Link Aktif akan dihapus.
5. Berkomentarlah sesuai dengan topik artikel

 
Support : Amalkan Ilmu Berbagi Untuk Semua | Blog SEO Arul
Copyright © 2013. Amriani Hamzah Dara Daeng Makassar - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger