Home » » KONSEP DASAR INOVASI PENDIDIKAN Konsep inovasi pendidikan

KONSEP DASAR INOVASI PENDIDIKAN Konsep inovasi pendidikan

Written By Unknown on Sabtu, 09 Maret 2013 | 03.23





Pengertian Inovasi
Inovasi kadang-kadang dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu hasil penemuan. Kata penemuan juga sering digunakan untuk menterjemahkan kata dari bahasa Inggris “discovery” dan “invention”. Ada juga yang mengaitkan antara pengertian inovasi dan modernisasi, karena keduanya membicarakan usaha pembaharuan.
“Discovery”, “invention”, dan “innovation” dapat diartikan dalam bahasa Indonesia ”penemuan”, maksudnya ketiga kata tersebut mengandung arti ditemukannya sesuatu yang baru, baik sebenarnya barangnya itu sendiri sudah ada lama kemudian baru diketahui atau memang benar-benar baru dalam arti sebelumnya tidak ada.
Diskoveri (discovery) adalah penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sendiri sudah ada, tetapi belum diketahui orang.
Invensi (invention) adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi manusia. Benda atau hal yang ditemui itu benar-benar sebelumnya belum ada, kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru.
Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invention maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.

Pengertian Inovasi Pendidikan
Pendidikan kita dewasa ini menghadapi berbagai tantangan dan persoalan, diantaranya :
Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat dan sekaligus bertambahnya keinginan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan, yang secara kumulatif menuntut tersedianya sarana pendidikan yang memadai.
Berkembangnya ilmu pengetahuan yang modern menghendaki dasar-dasar pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan terus-menerus, dan dengan demikian menuntut pendidikan yang lama sesuai dengan konsep pendidikan seumur hidup (life long education).
Berkembangnya teknologi yang mempermudah manusia dalam menguasai dan memanfaatkan alam dan lingkungan, tetapi yang sering kali ditangani sebagai suatu ancaman terhadap kelestarian peranan manusiawi.
Tantangan-tantangan tersebut, lebih berat lagi dirasakan karena berbagai persoalan datang, baik dari luar maupun dari dalam sistem pendidikan itu sendiri, di antaranya :
Sumber-sumber yang makin terbatas dan belum dimanfaatkan sumber yang ada secara efektif dan efisien.
 Sistem pendidikan yang masih lemah dengan tujuan yang masih kabur, kurikulumnya belum serasi, relevan, suasana belum menarik dan sebagainya.
Pengelolaan pendidikan yang belum mekar dan mantap, serta belum peka terhadap perubahan dan tuntutan keadaan, baik masa kini maupun masa yang akan datang.
Masih kabur dan belum mantapnya konsepsi tentang pendidikan dan interprestasinya dalam praktik.
Keseluruhan tantangan dan persoalan tersebut memerlukan pemikiran kembali yang mendalam dan pendekatan baru yang progresif. Gagasan baru sebagai hasil pemikiran kembali haruslah mampu memecahkan persoalan yang tidak terpecahkan hanya dengan cara yang tradisional atau komersial. Gagasan dan pendekatan baru yang memenuhi ketentuan inilah yang dinamakan inovasi pendidikan.
Inovasi pendidikan adalah suatu perubahan yang baru, dan kualitatif berbeda dari hal (yang ada sebelumnya), serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan  kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan.
Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik sistem dari arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem dalam arti yang luas misalnya sistem pendidikan nasioanal. Mattew B. Miller menjelaskan pengertian inovasi pendidikan sebagai berikut. ”To give more concreteness the universe called “educational innovations” some samples are described bellow. They are organized according to the aspect of a social system which they appear to be most clearly associated. In most cases social system involved shoeld be taken to be that of a school or cell although some innovations take place within the context of many larger systems.”



Inovasi dan Modernisasi
Istilah (term) “modern” mempunyai berbagai macam arti dan juga mengandung berbagai macam tambahan arti (connotations). Istilah modern ini digunakan tidak hanya untuk orang-orang tetapi juga untuk bangsa, sistem politik, ekonomi lembaga seperti rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, perumahan, pakaian, serta barbagai macam kebiasaan. Jadi, “modern” dari satu segi dapat diartikan sesuatu yang baru dalam arti lebih maju atau lebih baik daripada yang sudah ada. Baik dalam arti lebih memberikan kesejahteraan atau kesenangan bagi kehidupan.
Eissentadt (dalam M. Francais Abraham, 1980:4) menjelaskan bahwa menurut sejarahnya modernisasi adalah proses perubahan sistem sosial, ekonomi dan politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara dari abad ke-17 sampai abad ke-19, dan kemudian telah berkembang pula barbagai Negara di Eropa. Dalam abad ke-19bdan ke-20 berkembang pula ke Ameriak Selatan, Asia, dan Afrika.
Modernisasi adalah suatu proses perubahan sosial dari masyarakat tradisional (yang belum modern) ke masyarakat yang lebih maju (masyarakat industry yang sudah modern). Di antara tanda-tanda masyarakat yang sudah maju (modern) ialah bidang ekonomi trelah makmur, bidang politik sudah stabil, dan terpenuhi pelayanan kebutuhan pendidikan dan kesehatan.
Perbedaan rumusan defenisi modernisasi antara para ahli tersebut hanya perbedaan penekanan. Ada yang menekankan pada perubahan sosial secara menyeluruh yang mengartikan modernisasi sebagai proses perubahan kehidupan masyarakat. Ada juga yang menekankan pada perubahan pribadi (individu), artinya perubahan individu dari gaya atau pola hidup tradisional ke gaya atau pola hidup modern. Perubahan sikap, sifat atau gaya hidup individu terjadi sebagai akibat terjadinya perubahan kehidupan masyarakat yakni dari masyarakat tradisional ke masyarakat yang sudah maju (industry).
Inovasi dan modernisasi keduanya merupakan perubahan sosial, perbedaannya hanya pada penekanan cirri dari perubahan itu. Inovasi menekankan pada cirri adanya sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi individu atau masyarakat sedangkan modernisasi menekankan pada adanya proses perubahan dari tradisional ke modern, atau dari yang belum maju ke yang sudah maju. Jadi dapat disimpulkan bahwa diterimanya suatu inovasi sebagai tanda adanya modernisasi.



 Karakteristik Inovasi Pendidikan
Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri. Everett M. Rogers (1993:14-16) mengemukakan karakteristik inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut:
Keuntungan relative yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya.
Kompatibel (compatibility) ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secapat inovasi yang sesuai dengan norma norma yang ada.
Kompleksitas (complexity) ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya.
Trialabilitas (trialability) ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Suatu inovasi yang dicoba akan cepat diterima masyarakat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu.
Dapat diamati (observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.
Zaltman, Duncan, dan Holbek mengemukakan bahwa cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh atribut sendiri. Suatu inovasi dapat merupakan kombinasi dari berbagai macam atribut (Zaltman, 1973:32-50).  Dengan berbagai macam atribut inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan suatu inovasi. Dengan memahami atribut tersebut para pendidik dapat menganalisis inovasi pendidikan yang sedang disebarluaskan, sehingga dapat memanfaatkan hasil analisisnya untuk membantu mempercepat proses penerimaan inovasi.




PROSES INOVASI PENDIDIKAN
Difusi Dan Desiminasi Inovasi
Pengertian Difusi dan Diseminasi
Difusi ialah suatu proses komunikasi inovasi antara warga masyarakat (anggota sistem sosial), dengan menggunakan saluran tertentu. Dengan adanya komunikasi, akan terjadi kesamaan pendapat antar warga masyarakat tentang inovasi.
Deseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelolah. Jadi kalau difusi terjadi secara spontan, maka diseminasi dengan perencanaan.
Elemen Difusi Inovasi
Roger mengemukakan ada 4 elemen poko difusi inovasi, yaitu :
Inovasi
Adalah suatu ide, barang, kejadian, motode yang diamati sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik berupa hasil invensi atau diskoveri yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu.
Komunikasi dan slaluran tertentu
Komunikasi dalam difusi diartikan sebagai proses pertukaran informasi antara anggota sistem sosial, sehingga terjadi saling pengertian antara satu dengan yang lain. Difusi adalah salah satu type komunikasi yang menggunakan hal yang baru sebagai bahan informasi. Saluran komunikasi merupakan alat untuk menyampaikan informasi dari seorang ke orang lain. Kondisi kedua pihak yang berkomunikasi akan mempengaruhi pemilihan atau penggunaan saluran yang tepat untuk mengefektifkan proses komunikasi.
Waktu
Waktu adalah elemen yang paling penting dalam proses difusi kerena waktu merupakan aspek utama dalam proses komunikasi. Tetapi banyak peneliti komunikasi yang kurang memperhatikan aspek waktu, dengan bukti tidak menunjukkan secara eksplisit variable waktu.
Peranan dimensi wakt dalam proses difusi terdapat pada tiga hal sebagai berikut : (a) proses keputusan inovasi, (b) kepekaan seseorang terhadap inovasi, dan (c) kecepatan penerimaan inovasi.


PROSES KEPUTUSAN INOVASI
            Proses keputusan inovasi adalah proses yang dilalui individu (unit pengambil keputusan yang lain), mulai dari pertama tahu adanya inovasi , kemudian dilanjutkan dengan keputusan setuju terhadap inovasi, penetapan keputusan menerima atau menolak inovasi, implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya.
Proses keputusan inovasi bukan kegiatan yang dapat berlangsung seketika, tetapi merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, sehingga individu atau organisasi dapat menilai gagasan yang baru itu sebagai bahan pertimbangan untuk selanjutnya akan menolak atau menerima inovasi dan menerapkannya.
Model proses keputusan inovasi terdiri dari 5 tahap yaitu: tahap pengetahuan, tahap bujukan, tahap keputusan, tahap implementasi, dan tahap konfirmasi.
Inovasi dapat diterima atau ditolak oleh seseorang (individu) sebagai anggota sistem sosial, atau oleh keseluruhan anggota sistem sosial , yang menentukan untuk menerima inovasi berdasarkan keputusan bersama atau berdasarkan paksaan (kekuasaan). Dengan dasar kenyataan tersebut maka dapat dibedakan adanya beberapa tipe keputusan inovasi yaitu: (1) keputusan inovasi opsional, (2) keputusan inovasi kolektif, (3) keputusan inovasi otoritas, (4) keputusan inovasi kontigensi.


PROSES INOVASI PENDIDIKAN
Pengertian Proses Inovasi Pendidikan
Proses inovasi pendidikan adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai sadar tahu adanya inovasi sampai menerapkan (impelementasi) inovasi pendidikan. Kata proses mengandung arti bahwa aktivitas itu dilakukan dengan memakan waktu dan setiap saat tertentu terjadi perubahan.
Beberapa Model Proses Inovasi Pendidikan
Dalam mempelajari proses inovasi para ahli mencoba mengidentifikasi kegiatan apa saja yang dilakukan individu selama proses itu berlangsung serta perubahan apa yang terjadi dalam proses inovasi, maka hasilnya diketemukan pentahapan proses inovasi sebagai berikut :
Beberapa model Proses Inovasi Yang berorientasi pada Individual, antara lain :
Lavidge & Steiner (1961)
Menyadari
Mengetahui
Menyukai
Memilih
Mempercayai
Membeli
Colley (1961)
Belum menyadari
Menyadari
Memahami
Mempercayai
Mengambil Tindakan
Rogers (1962)
Menyadari
Menaruh Perhatian
Menilai
Mencoba
Menerima (Adoption)

Robertson (1971)
Pengetahuan

                                        Persuasi
                                         (Sikap)
           
                                      Keputusan

Menerima                                                          Menolak






 
                                       Konfirmasi
Rogers dan Shoemakers (1971)
Menyadari


 
Informasi

Evaluasi                Menolak Simbolik


 
Menerima
Simbolik

Mencoba         Percobaan Ditolak

Percobaan Diterima

Menggunakan
Zaltman & Brooker (1971)
Persepsi


 
         Memotivasi

          Menyikapi              

           Legitimasi

         Mencoba           

                        Evaluasi
            Menolak                                          Menerima                                                               
            Resolusi
Beberapa Model Proses Inovasi yang Berorientasi pada Organisasi, antara lain :
Milo (1971) :
Konseptualisasi
Tentatif Adopsi
Penerimaan Sumber
Implementasi
Institusionalisasi
Shepard (1967)
Penemuan Ide
Adopsi
Implementasi
Hage & Aiken (1970)
Evaluasi
Inisiasi
Implementasi
Routinisasi
Wilson (1966)
Konsepsi Perubahan
Pengusulan Perubahan
Adopsi dan Implementasi
Rogers (1983)
Tahap – Tahap
Proses Inovasi
Kegiatan pokok pada tiap tahap
Proses inovasi
Inisiasi (Permulaan)



Agenda Setting




Penyesuaian (Matching)




Keputusan untuk                             ---------                
Menerima inovasi                           ---------

Implementasi

Re-definisi / Re-strukturisasi




Klarifikasi



Rutinisasi
Kegiatan pengumpulan informasi, konseptualisasi, dan perencanaan untuk menerima inovasi, semuanya diarahkan untuk membuat keputusan menerima inovasi

Semua permasalahan umum organisasi dirumuskan guna menentukan kebutuhan inovasi, dan diadakan studi lingkungan untuk menentukan nilai potensial inovasi bagi organisasi

Diadakan penyesuaian antara masalah organisasi dengan inovasi yang akan digunakan, kemudian direncanakan dan dibuat desain penerapan inovasi yang sudah sesuai dengan masalah yang dihadapi




Semua kejadian, kegiatan, dan keputusan dilibatkan dalam penggunaan inovasi
Inovasi dimodifikasi dan re-invensi disesuaikan situasi dan masalah organisasi
Struktur organisasi disesuaikan dengan inovasi yang telah dimodifikasi agar dapat menunjang inovasi

Hubungan antara inovasi dan organisasi dirumuskan dengan sejelas – jelasnya sehingga inovasi benar – benar dapat diterapkan sesuai yang diharapkan.

Inovasi kemungkinan telah kehilangan sebagian identitasnya, dan menjadi bagian dari kegiatan rutin organisasi.

Zaltman, Duncan & Holbek (1973)
Tahap Permulaan
Langkah pengetahuan dan kesadaran
Langkah pembentukan sikap terhadap inovasi
Tahap Implementasi
Langkah awal implementasi
Langkah kelanjutan pembinaan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Inovasi Pendidikan
Lembaga pendidikan formalseperti sekolah adalah suatu sub sisetm dari sistem sosial. Jika terjadi perubahan dalam sistem sosial, maka lembaga pendidikan formal tersebut juga akan mengalami perubahan maka hasilnyaakan berpengaruh terhadap sistem sosial. Oleh karena itu suatu lembaga pendidikan mempunyai beban yang ganda yaitu melestarikan nilai-nilai budaya tradisional dan juga mempersiapkan generasi muda agar dapat menyiapkan diri menghadapi tantangan kemajuan jaman.
Motivasi yang mendorong perlunya diadakan inovasi pendidikan jika dilacak biasanya bersumber pada dua hal yaitu:
Kemauan sekolah untuk mengadakan respon terhadap tantangan kebutuhan masyarakat
Adanya usaha untuk menggunakan sekolah untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat
Antara lembaga pendidikan dengan sistem sosial terjadi hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Agar kita dapat memahami tentang perlunya perubahan pendidikan atau kebutuhan adanya inovasi pendidikan dapat kita gali dari tiga hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan disekolah, yaitu:
Faktor Kegiatan Belajar Mengajar
Yang menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar ialah kemampuan guru sebgai tenaga professional. Guru sebagai tenaga yang telah dipandang memiliki keahlian tertentu dalam bidang pendidikan, diserahi tugas dan wewenang untuk mengelola kegiatan belajar agar dapat mencapai tujuan tertentu, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan instutisional yang telah dirumuskan.
Sebagai alasan mengapa orang memandang tugas guru dalam mengajar mengandung banyak kelemahan tersebut, antara lain dikemukakan bahwa :
Keberhasilan tugas dalam mengelola kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh hubungan interpersonal antar guru dan siswa
Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakn kegiatan yang terisolasi. Pada waktu guru mengajar dia tidak mendapatkan balikan dari teman sejawatnya.
Berkaitan dengan kenyataan di atas tersebut, maka sangat minimal bantuan teman sejawat untuk memberikan bantuan saran dan kritik guna peningkatan kemampuan profesionalnya
Belum ada criteria yang baku tentang bagaimana pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar, guu menghadapi sejumlah siswa yang berbeda satu dengan yang lain baik mengenal kondisi fisik, mental, intelektual, minat, dan latar belakang sosial ekonominya.
Berdasarkan data adanya perbedaan individual siswa, tentunya lebih tepat jika pengelolaan kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan cara yang sangat fleksibel, tetapi kenyataannya justru dituntut untuk mencapai perubahan tingkah laku yang sama sesuai dengan ketentuan yang telah dirumuskan
Guru juga menghadapi tantangan dalam usaha untuk meningkatka kemampuan profesionalnya, yaitu tanpa adanya keseimbangan antara kemmapuan dan wewenang menagtur baban tugas yang harus dilakukan.
Guru dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengalami kesulitan untuk menentukan pilihan mana yang diutamakan karena adanya berbagai macam tuntutan.
Faktor Internal dan Eksternal
Faktor internal yang mempengaruhi pelaksaan sistem pendidikan dan dengan sendirinya juga inovasi pendidikan ialah siswa. Siswa sangat besar pengaruhnya terhadap proses inovasi karena tujuan pendidikan untuk mencapai perubahan tingkah laku siswa. Jadi siswa sebagai pusat perhatian dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan berbagai macam kebijakan pendidikan.
Faktor eksternal yang mempunyai pengaruh dalam proses inovasi pendidikan ialah orang tua. Orag tua murid ikut mempunyai peranan dalam menunjang kelancaran proses inovasi pendidikan, baik ia sebagai penunjang secara moral membantu sesuia dengan yang diharapkan sekolah, maupun sebagai penunjang pengadaan dana.
Sistem Pendidikan (Pengelolaan dan Pengawasan)
Dalam penyelenggaran pendidikan disekolah diatur dengan aturan yang dibuat pemerintah. Penanggung jawab sistem pendidikan di Indonesia adal Departemen Pendidikan Nasioanl yang mengatur seluruh sistem berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku.


STRATEGI INOVASI PENDIDIKAN
STRATEGI  DALAM INOVASI PENDIDIKAN
Salah satu faktor yang ikut menentukan efektivitas pelaksanaan program perubahan sosial adalah ketepatan penggunaan strategi, tetapi milih strategi yang tepat bukan pekerjaan yang mudah.
Biasanya sukar menentukan bahwa suatu strategi tertentu ada pendidikan, bujukan fasilitas, atau paksaan (power), karena pada kenyataannya tidak ada batasan yang jelas untuk membeda-bedakn strategi tersebut. Misalnya strategi fasilitatif mungkin juga digunakan dalam strategi pendidikan atau mungkin juga digunakan dalam strategi bujukan. Namun demikian jika pelaksanaan program perubahan sosial memahami berbagai macam strategi, akan dapat memilih dan menentukan strategi mana yang akan diutamakan untuk mencapai suatu tujuan perubahan sosial tertentu, walaupun sebenarnya ia akan mengkombinasikan berbagai macam strategi.
Ada empat macam strategi  inovasi pendidikan, yaitu :
Strategi fasilitatif (facilitative strategies)
Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakan strategi fasilitatif artinya untuk mencapai tujuan perubahan sosial yang telah ditentukan, diutamakan penyediaan fasilitas dengan maksud agar program perubahan sosial akan berjalan dengan mudah dan lancar
Strategi pendidikan (re-eductive strategies)
Perubahan sosial didefenisikan sebagai pendidikan atau pengajaran kembali (re-education) (Zaltman, Duncan, 1977:111).
Strategi bujukan (persuasive strategies)
Program perubahan sosial dengan menggunakan strategi bujukan, artinya untuk mencapai tujuan perubahan sosial dengan cara membujuk (merayu) agar sasaran (klien), mau mengikuti perubahan sosial yang direncanakan.
Strategi paksaan (power strategies).
Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakan strategi paksanaan, artinya dengan cara memaksa klien (sasaran perubahan) untuk mencapai tujuan perubahan.
Dalam pelaksanaan program perubahan sosial sering juga dipakai kombinasi antara berbagai macam strategi, disesuaikan dangan tahap pelaksanaan program serta kondisi dan situasi klien pada berlangsungnya proses pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perubahan sosial. 



INOVASI KURIKULUM
IX. INOVASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
                Munculnya inovasi dilatarbelakangi oleh tantangan untuk menjawab masalah-masalah krusial dalam pendidikan. Masalah-masalah inovasi kurikulum mencakup ri kurikulum dan inovasi proses kurikulumaspek inovasi dalam struktur kurikulum, mate. Inovasi kurikulum, tergantung pada dinamika masyarakatsehingga perubahan di masyarakat memiliki implikasi perubahan dalam pendidikan. Perubahan dalam pendidikan merupakan hal yang harus dilakukan bahkan mempertahankan inovasi pendidikan yang tidak populer sesuai akan merugikan anak didik juga struktur kurikulum. Dengan mengacu pada prinsip-prinsip pendidikan, maka inovasi kurikulum yang relevan adalah kurikulum berbasis kompetensi.
Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kompetensi merupakan kemampuan mengerjakan sesuatu yang berbeda dengan sekedar mengetahui sesuatu. Kompetensi dapat berupa pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang merefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Kurikulum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar danpemberdayaan sumber daya pendidikan dan mengembangkan sekolah (Depdiknas, 2002).
Rumusan lain tentang kompetensimenurut McAshan (1981) adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif, dan psikomotornya. Kompetensi itu, pada hakikatnya merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap yang direfleksikan dalam bentuk kebiasaan berfikir dan bertindak.
Gordon (1988) menyarankan beberapa aspek yang harus terkandung dalam kompetensi sebagai berikut :
Pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan untuk melakukan proses berfikir.
Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki individu.
Keterampilan (skill), yaitu sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas yang dibebankan.
Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini sehingga akan mewarnai dalam segala tindakannya.
Sikap (attitude), yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsang yang datang dari luar, perasaan senang atau tidak senang terhadap sesuatu masalah.
Minat (interest) yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan untuk mempelajari materi pelajaran.
Wina Sanjaya(2005) memberikan apresiasi terdapat 4 kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa sesuai dengan tuntutan KBK, yaitu :
Kompetensi akademik, yaitu peserta didik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi tantangan dan persoalan hidup.
Kompetensi okupasional, artinya peserta didik harus memiliki kesiapan dan mampu beradaptasi terhadap dunia kerja.
Kompetensi kultural, artinya peserta didik harus mampu menempatkan diri sebaik-baiknya dalam sistem budaya dan tata nilai masyarakat.
Kompetensi temporal, yaitu peserta didik tetap eksis dalam menjalani kehidupannya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.
Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi
Sasaran KBK pada penguasaan kompetensi dalam bidang-bidang praktis terutama pekerjaan keahlian baik kompetensi teknis, vokasional maupun profesional. Suatu bidang pekerjaannya tugas utamanya berkenaan dengan kompetensi perbuatan, perilaku, performance yang menunjukkan kecakapan, kebiasaan, keterampilan melakukan sesuatu tugas atau peranan secara standar seperti yang di tuntut oleh suatu okupasi ( Nana Syaodih, 2004).
Makna yang terkandung dan tersirat dalam KBK terdiri 2 hal, yaitu : Pertama, KBK mengharapka adanya hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan kedua KBK memberikan peluang pada siswa sesuai dengan keberagaman yang dimiliki masing-masing. Oleh karena itu, proses pembelajaraan KBK harus didesain agar dapat  melayani setiap keberagaman tersebut.
Berdasarkan makna tersebut, maka KBK sebagai sebuah kurikulum memiliki karakteristik utama sebagai berikut : Pertama, KBK memuat sejumlah kompetensi dasar sebagai kemampuan standar minimal yang harus dikuasai dan dicapai siswa. Kedua,implementasi pembelajaraan dalam KBK menekankan pada proses pengalaman dengan memperhatikan keberagaman setiap individu. Ketiga, evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi dan proses belajar.
Depdiknas (2002) mengemukakan karakteristik KBK secara lebih rinci, yaitu :
Menekankan pada ketercapaian kompetensibaik secara individual maupun klasikal, artinya isi KBK intinya sejumlah kompetensi yang harus dicapai siswa, dan kompetensi inilah sebagai standar minimal atau kemampuan dasar.
Beroreantasi pada hasil belajar dan keberagaman, artinya keberhasilan pencapaian kompetensi dasar diukur oleh indikator hasil belajar. Indikator inilah yang dijadikan acuan kompetensi yang diharapkan.
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervareasi sesuai dengan keberagaman siswa.
Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lain yang memenuhi unsur edukatif, artinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Setelah memaahami karakteristik KBK, maka sebenarnya yang ingin dicapai oleh Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah mengembangkan peserta didik untuk menghadapi perannya di masa mendatang dengan cara mengembangkan sejumlah kecakapan hidup (life skill). Life skill merupakan kecakapan yang harus dimiliki seorang untuk terbiasa berani menghadapi problemkehidupan secara wajar kemudian secara kreatifmencari solusi untuk mengatasinya.
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Evaluasi merupakan suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan seperti orang, benda, kegiatan, keadaan kesatuan tertentu. Karakteristik evaluasi meliputi, pertama evaluasi merupakan suatu proses atau tindakan, kedua proses tersebut dilakukan untuk memberi makna atau nilai.
Kriteria keberhasilan belajar siswa meliputi: aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan kecerdasan dan intektual siswa, aspek afektif berhubungan dengan penilaian terhadap sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar di atas caranya
1. Masukkan Komentar anda di kolom komentar
2. Pada Kotak "Beri Komentar sebagai" pilih akun yang ada pada pilihan.
3. klik publikasikan.
5. isi code capta
6. tekan enter atau publikasikan.

Anda di perbolehkan berkomentar dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1. Komentar jangan mengandung SARA dan PORNO
2. Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan.
3. Tidak Boleh SPAM
4. Jangan meninggalkan Link aktif pada komentar. Komentar dengan Link Aktif akan dihapus.
5. Berkomentarlah sesuai dengan topik artikel

 
Support : Amalkan Ilmu Berbagi Untuk Semua | Blog SEO Arul
Copyright © 2013. Amriani Hamzah Dara Daeng Makassar - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger