I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Karyawan merupakan aset perusahaan
yang sangat berharga yang harus dikelola dengan baik oleh perusahaan agar dapat
memberikan kontribusi yang optimal. Salah satu hal yang harus menjadi perhatian
utama perusahaan adalah kepuasan kerja para karyawannya, karena karyawan yang
dalam bekerja mereka tidak merasakan kenyamanan, kurang dihargai, tidak bisa
mengembangkan segala potensi yang mereka miliki, maka secara otomatis karyawan
tidak dapat fokus dan berkonsentrasi secara penuh terhadap pekerjaannya.
Kepuasan kerja pegawai menurut
Hariadja (2002:291) dapat dilihat bahwa “ pekerjaan tidak hanya sekedar
melakukan pekerjaan, tetapi terkait juga dengan aspek lain seperti melakukan
interaksi dengan teman sekerja, atasan, mengikuti aturan - aturan dan
lingkungan kerja tertentu yang seringkali tidak memadai atau kurang disukai. ”
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan
hal yang bersifat individual, setiap individual memiliki tingkat kepuasan kerja
yang berbeda – beda sesuai dengan keinginan dan sistem nilai yang dianutnya.
(Handoko, 2000:192). Semakin banyak aspek dalam pekerjaannya yang sesuai dengan
keinginan dan sistem nilai yang dianut individu, semakin tinggi tingkat
kepuasan yang didapat. Demikian pula sebaliknya, semakin banyak aspek dalam
pekerjaannya yang tidak sesuai dengan keinginan dan sistem nilai yang dianut
individu, semakin rendah tingkat kepuasan yang didapat.
Kepuasan kerja adalah keadaan
emosional yang menyenangkan dengan bagaimana para pekerja memandang pekerjaan
mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya
yang dapat terlihat dari sikap karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu
di lingkungan pekerjaannya.
Semua jenis perusahaan sebenarnya
membutuhkan suatu sistem kerja yang secara serius memperhatikan hal kepuasan kerja
para karyawannya. Sebagaimana yang dikemukakan Handoko (1995:196) “ Karyawan
yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kematangan
psikologis dan pada gilirannya akan menjadi frustasi.”
Aspek – aspek yang dapat membentuk
kepuasan kerja karyawan antara lain : faktor individual (umur, jenis kelamin,
sikap pribadi terhadap pekerjaan), faktor hubungan antar karyawan (hubungan
antar manajer dan karyawan, hubungan sosial antara sesama karyawan, sugesti
dari teman sekerja, faktor fisik dan kondisi tempat kerja, emosi dan situasi
kerja) faktor eksternal (keadaan keluarga, rekreasi, pendidikan).
Aspek tersebut memberikan motivasi
agar kepuasan kerja tercapai bagi karyawan. Dan yang berkewajiban memenuhi
tercapainya kepuasan kerja tersebut adalah setiap pimpinan perusahaan, karena
kepuasan kerja merupakan faktor yang diyakini dapat memotivasi semangat kerja
karyawan agar karyawan dapat memberikan hasil yang terbaik bagi perusahaan
sehingga kinerja perusahaan dapat ditingkatkan.
Selain itu kepuasan kerja juga
mempunyai arti penting untuk aktualisasi diri karyawan. Karyawan yang tidak
mendapatkan kepuasan kerja tidak akan mencapai kematangan psikologis. Karyawan
yang mendapatkan kepuasan kerja yang baik biasanya mempunyai catatan kehadiran,
perputaran kerja dan prestasi kerja yang baik dibandingkan dengan karyawan yang
tidak mendapatkan kepuasan kerja. Kepuasan kerja memiliki arti yang sangat
penting untuk memberikan situasi yang kondusif di ingkungan perusahaan.
Kepuasan kerja akan diamati karena
manfaat yang didapat, baik untuk karyawan maupun untuk perusahaan, bagi
karyawan diteliti tentang sebab dan sumber kepuasan kerja, serta usaha yang
dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan, Sedangkan bagi perusahaan
penelitian dilakukan untuk tercapainya tujuan perusahaan. Disamping itu akan
diteliti apakah motivasi juga berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Selain kepuasan kerja, perusahaan juga
harus memperhatikan mengenai bagaimana menjaga dan mengelola motivasi pegawai
dalam bekerja agar selalu tinggi dan fokus pada tujuan perusahaan. Menjaga
motivasi karyawaan itu sangatlah penting karena motivasi itu adalah motor
penggerak bagi setiap individu yang mendasari mereka untuk bertindak dan
melakukan sesuatu. Orang tidak akan melakukan sesuatu hal secara optimal
apabila tidak mempunyai motivasi yang tinggi dari dalam dirinya sendiri untuk
melalukan hal tersebut.
Robin dan Judge (2008:222) ,
mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses yang menjelaskan intensitas, arah
dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Dari definisi tersebut
dapat dicermati bahwa motivasi menjadi bagian yang sangat penting yang
mendasari individu atau seseorang dalam melakukan sesuatu atau mencapai tujuan
tertentu yang diinginkan.
Masalah motivasi pada perusahaan haruslah
dijadikan sebagai perhatian yang serius dalam Manajemen Sumber Daya Manusianya.
Perusahaan -perusahaan modern dewasa ini haruslah menjadikan karyawan sebagai
aset, bukan lagi hanya sebagai alat produksi semata.
Untuk itu perusahaan perlu menciptakan
suatu kondisi yang kondusif yang dapat membuat karyawan merasa nyaman,
terpenuhi kebutuhannya, sehingga diharapkan motivasi mereka juga tetap terjaga
untuk bersama sama mencapai visi dan misi perusahaan.
Kondisi - kondisi kondusif itu bisa
bermacam - macam, tergantung pada karakteristik perusahaan itu masing masing.
Tapi secara umum diantaranya dapat berupa fasilitas yang disediakan, tingkat
kesejahteraan yang memadai, jenjang karir yang jelas, peluang aktualisasi diri,
kenyaman dan keamanan dalam bekerja, jaminan hari tua dan lain-lain.
Kepuasan kerja dan motivasi kerja juga
akan diteliti apakah mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan. Simammora
mengungkapkan dalam buku Sumber Daya Manusia (1995:327) kinerja karyawan adalah
tingkat terhadap mana para karyawan mencapai persyaratan – persyaratan
pekerjaan.
Pada PT. Sampoerna (Sahabat UKM
Sampoerna) Cabang Makassar sebagian dari kondisi - kondisi kondusif dalam
menjaga motivasi karyawan itu juga sudah jadi perhatian oleh Divisi Sumber Daya
Manusia / HRD nya. Diantaranya kesempatan untuk seleksi karir untuk jenjang
yang lebih tinggi, program reward untuk karyawan berprestasi. Namun dalam
beberapa hal tertentu ternyata juga masih ditemukan kondisi yang kontradiktif,
yang bila diamati, juga akan dapat berpotensi menurunkan bahkan mematikan
motivasi. Misalnya adanya pembedaan usia pensiun yang lebih dini bagi karyawan frontliners
serta penempatan karyawan yang hanya pada posisi / bagian yang sama dalam waktu
yang relatif lama.
Dalam penulisan Proposal ini lebih
memfokuskan permasalahan pada kondisi yang dialami oleh karyawan atau karyawati
PT. Sampoerna (Sahabat UKM Sampoerna) Cabang Makassar,
apakah karyawan karyawati merasa puas dengan kondisi gedung kantor yang baru,
penempatan karyawan pada bagian atau bidang kerja yang sama untuk rentang waktu
yang cukup lama, akankah berpengaruh pada kepuasan kerja dan motivasi dari
karyawan tersebut dalam bekerja, karena karyawan rentan sekali untuk mengalami
kejenuhan akibat pekerjaan monoton yang dijalani
Bekerja pada bidang tugas yang sama
untuk waktu yang panjang akan mudah membuat karyawan merasa bosan. Rutinitas
kerja yang monoton setiap harinya, pada suatu waktu pasti akan sampai pada
titik kejenuhan, yang dapat mengakibatkan karyawan tidak dapat dengan maksimal
mengeluarkan kemampuan yang dimiliki untuk kemajuan perusahaan , karena mungkin
mereka tidak lagi mempunyai motivasi yang cukup untuk perlu melakukan itu.
Karena tahu posisi mereka tidak akan
berubah, bisa menyebabkan karyawan tidak lagi punya minat dan kemauan untuk
mengembangkan diri, dan pada titik tertentu mungkin saja menjadi tidak peduli
dengan produk atau program yang ingin diekspos oleh perusahaan, sebab bagi
mereka itu sama sekali tidak akan mempengaruhi posisi dan karir mereka.
Kondisi itu bila tidak disikapi dan
dikelola dengan baik oleh Manajemen Sumber Daya Manusia di perusahaan, akan
dapat menjadi bumerang yang bias merugikan perusahaan. Sebab sebagai ujung
tombak, karyawan frontliners sesungguhnya adalah etalase perusahaan di mata
konsumen (nasabah).
Bagi masyarakat awam, prilaku dan
tampilan yang ditunjukkan oleh frontliners merupakan representasi dari
perusahaan itu dalam pikiran mereka. Oleh sebab itu pengelolaan pada bagian
frontliners semestinya dijadikan suatu hal yang strategis oleh semua perusahaan
jasa, termasuk oleh PT. Sampoerna (Sahabat UKM Sampoerna) Cabang Makassar.
Begitu juga halnya dengan karyawan yang bekerja pada bagian back office.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas,
tertarik untuk dibahas dalam bentuk penyusunan tugas akhir atau skripsi yang
diberi judul:
”PENGARUH
KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. SAMPOERNA
(SAHABAT UKM SAMPOERNA) CABANG MAKASSAR”.
B.
Rumusan Masalah
Uraian yang dijabarkan pada latar
belakang dan berdasarkan pengamatan serta pengalaman yang dialami, maka penulis
mencoba merumuskan permasalahan sebagai berikut :
- Apakah Variabel Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Sampoerna (Sahabat UKM Sampoerna) Cabang Makassar.
- Apakah Variabel Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja secara parsial berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Sampoerna (Sahabat UKM Sampoerna) Cabang Makassar
- Diantara dua variabel Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja, variabel manakah yang berpengaruh secara dominan terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Sampoerna (Sahabat UKM Sampoerna) Cabang Makassar.
C.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
- Untuk menguji dan menganalisis pengaruh kepuasan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Sampoerna (Sahabat UKM Sampoerna) Cabang Makassar.
- Untuk Menguji dan menganalis variabel manakah yang berpengaruh secara dominan diantara dua variabel kepuasan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Sampoerna (Sahabat UKM Sampoerna) Cabang Makassar.
D.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dirumuskan
dalam dua aspek ini adalah :
- Bagi Perusahaan
a.
Hasil
proposal ini dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan motivasi kerja
sehingga dapat mendorong motivasi karyawan dalam bekerja untuk mendapatkan
hasil kinerja yang lebih baik lagi.
b.
Hasil
proposal ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk pengembangan dan
pembinaan sumber daya manusia.
- Bagi Penulis
Penelitian ini
bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman berharga dalam menerapkan
teori-teori yang didapat dibangku kuliah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjuan
Teoritis
1. Kepuasan
Kerja
Kepuasan
kerja merupakan bentuk perasaan seseorang terhadap pekerjsaannya, situasi kerja
dan hubungan dengan rekan kerja. Dengan demikian kepuasan kerja merupakan
sesuatu yang penting untuk dimiliki oleh seorang karyawan, dimana mereka dapat
berinteraksi dengan lingkungan kerjanya sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan
dengan baik dan sesuai dengan tujuan perusahaan.
Menurut
Handoko (2000:193) ”Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagaimana para karyawan memandang
pekerjaan mereka kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap
pekerjaannya.
Banyak faktor yang dapat menjadi penentu bagi kepuasan
pegawai, salah satunya adalah pekerjaan itu sendiri. Hackman dan Oldham
menguraikan yang dikutip Robbins (2001:447), inti dari pekerjaan adalah sebagai
berikut :
a)
Skill Varienty
Semakin banyak variasi tugas yang
dilakukan oleh pegawai dalam pekerjaannya, semakin menantang pekerjaan bagi
mereka.
b) Task
Identity
Sejauh mana pekerjaan menuntut
diselesaikannya suatu pekerjaan yang utuh dan dapat dikenali.
c) Task
Significane
Sejauh apa dampak pekerjaan yang
dilakukan dapat mempengaruhi pekerjaan atau bahkan kehidupan orang lain. Hal
ini akan membawa dampak penghargaan psikologis.
d)
Autonomy
Sejauh mana pekerjaan memberi
kebebasan ketidak ketergantungan, dan keleluasaan
untuk mengatur jadwal pekerjaannya, membuat keputusan dan menentukan prosedur
pekerjaan yang dipakai.
e)
Feedback
Sejauh mana pelaksanaan kegiatan
pekerjaan menghasilakan informasi bagi individu mengenai keefektifan
kinerjanya.
Kepuasan kerja pegawai dipengaruhi
oleh tanggapan terhadap nilai intrinsic dan extrinsic reward.
1)
Nilai
intrinsic reward yaitu timbulnya suatu perasaan dalam diri pegawai karena
pekerjaan yang dilakukan. Yang termasuk dalam extrinsic reward adalah perasaan
suka akan pekerjaannya, rasa tanggung jawab, tantangan dan pengakuan.
2)
Extrinsic
reward adalah situasi yang terjadi diluar pekerjaan, misalnya karena bekerja
dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan, maka pegawai
mendapatkan upah, gaji, dan bonus.
a. Teori
- teori Kepuasan Kerja
Teori kepuasan kerja akan dikemukakan enam orientasi umum
terhadap kepuasan kerja, yang kesemuanya mencari landasan tentang proses
perasaan orangterhadap kepuasan kerja serta menggambarkan proses yang
menentukan kepuasan kerja bagi individu.
1) Teori Ketidaksesuaian
Menurut Locke kepuasan atau ketidak
puasan dengan aspek pekerjaan tergantung pada selisih (discrepancy)
antara apa yang dianggap telah didapatkan dengan apa yang diinginkan. Jumlah
yang “diinginkan” dari karakteristik pekerjaan didefinisikan sebagai jumlah
minimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan anda.
Seseorang akan terpuaskan jika tidak
ada selisih antara kondisi-kondisi yang diinginkan dengan kondisi aktual.
Semakin besar kekurangan dan semakin banyak hal-hal penting yang diinginkan,
semakin besar ketidakpuasannya, Jika lebih banyak jumlah faktor pekerjaan yang
diterima secara minimal dan kelebihannya menguntungkan (misalnya : upah ekstra,
jam kerja yang lebih lama) orang yang bersangkutan akan sama puasnya bila
terdapat selisih dari jumlah yang diinginkan.
Perter mendefiniskan kepuasan sebagai
selisih dari banyaknya sesuatu yang “seharusnya ada” dengan banyaknya “apa yang
ada”. Konsepsi ini pada dasarnya sama dengan model Locke, tetapi “apa yang
seharusnya ada” menurut Locke berarti penekanan yang lebih banyak pada
pertimbangan-pertimbangan yang adil dan kekurangan atas kebutuhan-kebutuhan
karena determinan dari banyaknya faktor pekerjaan yang lebih disukai.
Studi Wanous dan Laler menemukan bahwa
para pekerja memberikan tanggapan yang berbeda-beda menurut bagaimana
kekurangan/selisih itu didefinisikan.Keduanya menyimpulkan bahwa orang memiliki
lebih dari satu jenis perasaan terhadap pekerjaannya, dan tidak ada “cara yang
terbaik” yang tersedia untuk mengukur kepuasan kerja.
Kesimpulannya teori ketidaksesuaian
menekankan selisih antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi aktual
(kenyataan), jika ada selisih jauh antara keinginan dan kekurangan yang ingin
dipenuhi dengan kenyataan maka orang menjadi tidak puas. Tetapi jika kondisi
yang diinginkan dan kekurangan yang ingin dipenuhi ternyata sesuai dengan
kenyataan yang didapat maka ia akan puas.
2) Teori Keadilan (Equity Theory).
Teori keadilan memerinci kondisi-kondisi
yang mendasari seorang bekerja akan menganggap fair dan masuk akal insentif dan
keuntungan dalam pekerjannya. Teori ini telah dikembangkan oleh Adam dan teori
ini merupakan variasi dari teori proses perbandingan sosial. Komponen utama
dari teori ini adalah “input”, ‘hasil”, ‘orang bandingan” dan ‘keadilan dan
ketidak adilan’.
(a) Input
Input adalah sesuatu yang bernilai
bagi seseorang yang dianggap mendukung pekerjaannya, seperti : pendidikan,
pengalaman, kecakapan, banyaknya usaha yang dicurahkan, jumlah jam kerja, dan
peralatan atau perlengkapan pribadi yang dipergunakan untuk pekerjaannya.
(b) Hasil
Hasil adalah sesuatu yang dianggap
bernilai oleh seorang pekerja yang diperoleh dari pekerjaanya, seperti :
upah/gaji, keuntungan sampingan, simbol status, penghargaan, serta kesempatan
untuk berhasil atau ekspresi diri.
(c) Orang bandingan
Menurut teori ini, seorang menilai
fair hasilnya dengan membandingkan hasilnya : rasio inputnya dengan hasil :
rasio input seseorang/sejumlah orang bandingan. Orang bandingan mungkin saja
dari orang-orang dalam organisasi maupun organisasi lain dan bahkan dengan
dirinya sendiri dengan pekerjaan- pekerjaan pendahulunya.
(d) Keadilan
Teori ini tidak memerinci bagaimana
seorang memilih orang bandingan atau berapa banyak orang bandingan yang akan
digunakan. Jika rasio hasil input
seorang pekerja adalah sama atau sebanding dengan rasio orang bandingannya,
maka suatu keadaan adil dianggap ada oleh para pekerja. Jika para pekerja
menganggap perbandingan tersebut tidak adil, maka keadaan ketidakadilan
dianggap adil.
(e) Ketidakadilan
Ketidakadilan merupakan sumber ketidak
puasan kerja dan ketidak adilan menyertai keadaan tidak berimbang yag menjadi
motif tindakan bagi seseorang untuk menegakkan keadilan. Tabel berikut ini
merinci kondisi-kondisi dimana ketidakadilan karena kompensasi lebih, dan
ketidakadilan karena kompensasi kurang, menganggap bahwa input total dan hasil
total dikotomi pada skala nilai sebagai ‘tinggi” atau ‘rendah”.
Tingkat ketidakadilan akan
ditentukan atas dasar besarnya perbedaan antar rasio hasil : input seseorang
pekerja dengan rasio hasil : input orang bandingan, dianggap semakin besar
ketidakadilan.
Teori keadilan memiliki
implikasi terhadap pelaksanaan kerja para pekerja disamping terhadap kepuasan
kerja. Teori ini meramalkan bahwa seorang pekerja akan mengubah input usahanya
bila tindakan ini lebih layak daripada reaksi lainnya terhadap ketidakadilan.
Seorang pekerja yang
mendapat kompensasi kurang dan dibayar penggajian berdasarkan jam kerja akan
mengakibatkan keadilan dengan menurunkan input usahanya, dengan demikian
mengurangi kualitas atau kuantitas dari pelaksanaan kerjanya, jika seorang
pekerja mendapatkan kompensasi kurang dari porsi substansinya gaji atau upahnya
terkait pada kualitas pelaksanaan kerja (misalnya upah perpotong) ia akan
meningkatkan pendapatan insentifnya tanpa meningkatkan usahanya.
Jika pengendalian kualitas
tidak ketat, pekerja biasanya dapat meningkatkan kuantitas outputnya tanpa
usaha ekstra dengan mengurangi kualitasnya. Kesimpulan dari teori keadilan
ini adalah kepuasan seseorang terhadap
keadilan atau kewajaran imbalan yang diterima.
3) Teori Keseimbangan (Equity Theory)
Teori
ini dikembangkan oleh Adam (I960) menyebutkan beberapa komponen yaitu input,
outcome, comparison person, dan equity-in-equity.
Pandangan
Wexley dan Yukl (1977) mengemukakan beberapa komponen dari teori keseimbangan
diantaranya yaitu Mangkunegara (2001: 120),:
(a) Input adalah semua nilai yang diterima
pegawai yang dapat menunjang pelaksanaan kerja, misalnya pendidikan.
pengalaman, skill, usaha, peralatan pribadi, jumlah jam kerja.
(b) Outcome adalah semua nilai yang diperoleh dan
dirasakan pegawai, misalnya upah, keuntungan tumbahan. status simbol,
pengenalan kembali, kesempatan untuk berprestasi atau mengekspresikan diri.=
(c) Comparison
person adalah seorang
pegawai dalam organisasi yang sama
seseorang pegawai dalam organisasi yang berbeda atau dirinya sendiri dalam
pekerjaan sebelumnya.
(d) Equity-in-equity
adalah teori yang
menyatakan seorang pegawai dalam organisasi merasa puas atau tidak puasnya
pegawai merupakan hasil dari membandingkan antara input-outcome dirinya dengan perbandingan inputoutcome pegawai lain (comparison person).
Jadi, jika perbandingan
tersebut dirasakan seimbang (equity) maka pegawai tersebut akan merasa
puas, Tetapi, apabila terjadi tidak seimbang (inequity) dapat
menyebabkan dua kemungkinan, yaitu over compensation inequity (ketidakseimbangan
yang menguntungkan dirinya) dan sebaliknya under compensation inequity (ketidakseimbangan
yang menguntungkan pegawai lain yang menjadi pembanding atau comparison
person).
4) Teori Pemenuhan Kebutuhan
Pandangan Mangkunegara
(2001:121) menjelaskan bahwa teori kepuasan kerja pegawai bergantung pada
terpenuhi atau tidaknya kebutuhan pegawai. Oleh karena itu, seorang pegawai
akan merasa puas apabila pegawai mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Makin
besar kebutuhan pegawai terpenuhi, makin puas pula pegawai tersebut. Begitu
pula sebaliknya apabila kebutuhan pegawai tidak terpenuhi, maka pegawai itu
akan merasa tidak puas
2. Motivasi
Kerja
Salah satu aspek memanfaatkan pegawai
ialah pemberian motivasi (daya perangsang) kepada pegawai, dengan istilah
populer sekarang pemberian kegairahan bekerja kepada pegawai dengan
memanfaatkan pegawai yang memberi manfaat
kepada perusahaan. Maksud manfaat disini adalah tercapainya tujuan perusahaan.
Ini berarti bahwa setiap pegawai yang memberi kemungkinan bermanfaat ke dalam
perusahaan, diusahakan oleh pemimpin agar kemungkinan itu menjadi kenyataan.
Usaha untuk merealisasi kemungkinan
tersebut ialah dengan jalan memberikan motivasi, karena motivasi inilah yang
menentukan perilaku pegawai untuk bekerja atau dengan kata lain perilaku
merupakan cerminan yang sederhana dari motivasi. Motivasi ini dimaksudkan untuk
memberikan daya perangsang kepada pegawai yang bersangkutan agar pegawai
tersebut bekerja dengan segala daya dan upayanya.
Robin dan Judge (2008:222),
mendefinisikan motivasi sebagai suatuproses yang menjelaskan intensitas, arah
dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Dari definisi tersebut
dapat dicermati bahwa motivasi menjadi bagian yang sangat penting yang
mendasari individu atau seseorang dalam melakukan sesuatu atau mencapai tujuan
tertentu yang diinginkan.
Motivasi berasal dari motive atau
bahasa latinnya, yaitu movere, yang berarti “mengerahkan”. Liang Gie
mendefenisikan dalam bukunya Martoyo (1992) motive atau dorongan adalah suatu
dorongan yang menjadi pangkal seseorang melakukan sesuatu atau bekerja.
Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu orang yang melaksanakan upaya substansial,
guna menunjang tujuan-tujuan produksi unit kerjanya, dan organisasi dimana ia
bekerja. Seseorang yang tidak termotivasi, hanya memberikan upaya minimum dalam
hal bekerja.
Demikian dapat dikatakan bahwa
motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu
tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada
pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidak seimbangan.
a. Teori-Teori
Motivasi
Teori Hirarki Kebutuhan (Need
Hirarchi) dari Maslow yang menyatakan bahwa :
Motivasi kerja ditunjukan
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan kerja baik secara biologis maupun
psikologis, baik yang berupa materi maupun non- materi.
Secara garis besar
tersebut, teori jenjang kebutuhan dari Maslow dari yangrendah ke yang paling
tinggi yang menyatakan bahwa manusia tidak pernah merasa puas, karena
kepuasannya bersifat sangat relatif maka disusunlah hirarki kebutuhan sebagai
berikut:
1) Kebutuhan pokok manusia sehari-hari
misalnya kebutuhan untuk makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan kebutuhan
fisik lainnya (physical need). Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat
terendah, apabila sudah terpenuhi maka diikuti oleh hirarki kebutuhan yang
lainnya.
2) Kebutuhan untuk memperoleh
keselamatan, keamanan, jaminan atau perlindungan dari yang membahayakan
kelangsungan hidup dan kehidupan dengan segala aspeknya (safety need).
3) Kebutuhan untuk disukai dan menyukai,
disenangi dan menyenangi, dicintai dan mencintai, kebutuhan untuk bergaul,
berkelompok, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, menjadi anggota kelompok
pergaulan yang lebih besar (social needs).
4) Kebutuhan untuk memperoleh kebanggaan,
keagungan, kekaguman, dan kemasyuran sebagai seorang yang mampu dan berhasil
mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil prestasi yang luar biasa (the need
for self actualization). Kebutuhan tersebut sering terlihat dalam kehidupan
kita sehari-hari melalui bentuk sikap dan prilaku bagaimana
menjalankanaktivitas kehidupan.
5) Kebutuhan untuk memperoleh kehormatan,
pujian, penghargaan, danpengakuan (esteem need).
b. Faktor
- faktor yang mempengaruhi motivasi kerja :
Adapun Faktor - faktor
yang mempengaruhi motivasi kerja :
1) Upah, adalah pembayaran tetap secara
bulanan atau mingguan yang diberikan pada setiap karyawan.
2) Situasi kerja, adalah keadaan yang
mempengaruhi kegiatan perusahaan.
3) Kondisi kerja, adalah yang akan
mendorong semangat kerja karyawan seperti ketenangan, keamanan, dan keselamatan
kerja.
4) Fasilitas kerja, adalah sarana yang
disediakan perusahaan untuk kelancaran aktivitas, dengan berbagai bentuk,
contohnya :
(a) Kondisi tempat kerja (lampu atau
penerangan, AC, luas ruangan)
(b) Teknologi yang digunakan (komputer,
mesin fotocopy,faximile dan sebagainya)
(c) Sarana lain yang mendukung
(mushalla,loker,rest room)
5) Sikap manajemen terhadap karyawan
Setiap karyawan pada dasarnya ingin
diperlakukan dengan adil. Karyawan juga ingin suaranya didengar jika perusahaan
melakukan hal yang kurang atau bahkan disesuaikan dengan tujuan
karyawan.Manajemen perlu melakukan pendekatan proaktif dengan cara :
(a) Merancang pekerjaan - pekerjaan yang
memuaskan karyawan
(b) Menetapkan standar – standar prestasi
kerja yang adil
(c) Melatih karyawan sehingga memungkinkan
karyawan untuk mencapai prestasi yang diharapkanHandoko (1997:217).
6) Sikap antar teman sejawat
Manusia membutuhkan persahabatan
sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan hubungan dengan teman – temannya.
7) Kebutuhan karyawan berprestasi
Setiap perusahaan hendaknya memberikan
kesempatan kepada karyawannya. Karyawan diberikan penghargaan yang sesuai.
Penghargaan tersebut dapat berupa pengakuan yang kemudian disertai pujian,
hadiah, kenaikan gaji, kenaikan jabatan, perpindahan dan sebagainya.
8) Pelatihan
Pelatihan adalah suatu kegiatan dari
perusahaan yang bermaksud untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan sikap,
tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan dari para karyawan yang sesuai
dengan keinginan dari perusahaan.Nitisemito,(1996:86)
9) Insentif
Insentif merupakan suatu sistem
pemberian balas jasa yang berupa financial. Insentif merupakan suatu
pendekatan kompensasi yang menghargai atau memberikan imbalan kepada kayawan
atas hasil tertentu yang dicapainya.
10) Promosi
Sistem promosi karyawan terdiri dari
tertutup dan terbuka. Sistem promosi tertutup adalah sistem dimana manajer
seringkali secara informal memutuskan karyawan mana yang dipertimbangkan
mendapat promosi.Griffin(1998:231). Keputusan biasanya dibuat secara informal
(dan seringkali subjektif dan cenderung bergantung pada rekomendasi penyelia
yang terdekat).
11) Kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan
Orang masih merasa kurang puas dengan
apa yang dimilikinya,mereka ingin terus berkembang meski kebutuhan mereka telah
terpenuhi. Golstein (Maslow, 1984:52) mengatakan bahwa keinginan orang akan
perwujudan diri yakni kecenderungan untuk mewujudkan dirinya sebagai apa yang
ada dalam kemampuannya. Kecenderungan ini dapat diungkapkan sebagai keinginan
untuk makin lama makin istimewa, untuk menjadi apa saja menurut kemampuannya.
3. Kinerja
Karyawan
Pada
dasarnya kinerja seorang karyawan merupakan hal yang bersifat individual karena
setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda dalam mengerjakan
tugas pekerjaannya. Kinerja seseorang bergantung pada kombinasi dari kemampuan,
usaha dan kesempatan yang diperoleh.
Menurut
Handoko (1987 : 135) kinerja adalah ukuran terakhir keberhasilan seorang
karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa kinerja adalah kemampuan karyawan dalam mencapai kerja yang dapat
dipertanggungjawabkan. Kinerja sangat penting untuk mencapai tujuan dan akan
mendorong seseorang untuk lebih baik lagi dalam pencapaian tujuan.
Untuk
mengukur tingkat kinerja karyawan biasanya menggunakan performance system yang
dikembangkan melalui pengamatan yang dilakukan oleh atasan dari masing-masing
unit kerja dengan beberapa alternatif cara penilaian maupun dengan cara
wawancara langsung dengan karyawan yang bersangkutan.
Informasi
yang diperoleh dari penilaian kinerja tersebut dapat digunakan bagi penyelia
atau manajer untuk mengelola kinerja karyawan, mengetahui apa penyebab
kelemahan maupun keberhasilan dari kinerja karyawan sehingga dapat dipergunakan
sebagai pertimbangan untuk menentukan target maupun langkah perbaikan
selanjutnya dalam mencapai tujuan badan usaha.
Bernardin
dan Russel (1993:383) dalam mengukur kinerja karyawan dipergunakan sebuah
daftar pertanyaan yang berisikan beberapa dimensi criteria tentang hasil kerja.
Ada enam dimensi dalam menilai kinerja karyawan, yaitu :
1. Kualitas (Quality)
Merupakan hasil kerja
keras dari para karyawan yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh
pihak perusahaan sebelumnya. Jika hasil yang dicapai oleh karyawan tersebut
tinggi maka kinerja dari karyawan tersebut dianggap baik oleh pihak perusahaan
atau sesuai dengan tujuannya. Ini berarti merupakan suatu tingkatan yang
menunjukkan proses pekerjaan atau hasil yang dicapai atas suatu pekerjaan
mendekati adanya kesempurnaan.
2. Kuantitas (Quantity)
Merupakan hasil kerja
keras dari karyawan yang bisa mencapai skala maksimal yang telah ditentukan
oleh pihak perusahaan. Dengan hasil yang telah ditetapkan oleh perusahaan
tersebut maka kinerja dari para karyawan sudah baik.
Jika Quantity merupakan
jumlah yang diproduksi yang dinyatakan dalam nilai mata uang, jumlah unit produk
atau jumlah siklus aktivitas yang telah diselesaikan.
3. Ketepatan Waktu (Timeliness)
Karyawan dapat bekerja
sesuai dengan standar waktu kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dengan
bekerja yang sesuai dengan standar waktu yang telah ditentukan maka kinerja
dari karyawan tersebut sudah baik.
Dengan timeliness yang
merupakan suatu tingkatan yang menunjukkan bahwa suatu pekerjaan dapat
terselesaikan lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan maka kinerja
karyawan tersebut sudah baik.
4. Keefektifan Biaya (Cost
Effectiveness)
Merupakan penggunaan
sumber daya dari karyawan yang digunakan secara optimal dan efisien. Dengan
penggunaan sumber daya yang efisien dan efektif maka akan bisa mempengaruhi
keefektifan biaya yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan dan menghasilkan
keuntungan yang maksimum.Dengan Cost effectiveness yang menunjukkan bahwa suatu
tingkatan yang paling maksimal dari penggunaan sumber daya yang dimiliki badan
usaha untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum.
5. Perlu Pengawasan (Need for Supervision)
Merupakan kemampuan
karyawan dalam bekerja dengan baik, dengan atau tanpa ada pengawasan dari pihak
perusahaan. Dengan atau tanpa ada pengawasan dari pihak perusahaan, para
karyawan dapat bekerja dengan baik sehingga kinerja dari karyawan akan mengalami
peningkatan.Dengan Need for supervision yang merupakan tingkatan dari
seorang karyawan dapat melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa harus meminta
bimbingan atau campur tangan penyelia maka akan dapat meningkatkan kinerja dari
karyawan itu sendiri.
6. Hubungan Rekan Sekerja (Interpersonal
Impact)
Adanya karyawan yang
mempunyai rasa harga diri yang tinggi terhadap pekerjaannya maka karyawan
berusaha untuk mencapai hasil terbaik dalam pekerjaan tersebut. Oleh karena itu
dengan rasa harga diri yang tinggi terhadap pekerjaannya diharapkan para
karyawan dapat meningkatkan kinerjanya dalam bekerja.
Interpersonal impact yang merupakan suatu tingkatan keadaan dari karyawan
dapat menciptakan suasana nyaman dalam bekerja, percaya diri, serta kerjasama
antar rekan sekerja sehingga akan tercipta peningkatan kinerja.
Penilaian
kinerja maka diharapkan pimpinan dapat memantau kinerja dari para karyawan baik
secara individu maupun sebagai suatu kesatuan kelompok kerja. Untuk itu seorang
pemimpin diharapkan dapat menetapkan kriteria penilaian yang jelas serta
obyektif sehingga penilaian yang dilakukan memperoleh hasil yang akurat dalam
setiap aktivitas pekerjaan yang dinilai.
Untuk
penilaian kinerja yang efektif maka dilakukan penilaian kinerja secara spesifik
dalam setiap aktivitas pekerjaan sehingga diharapkan dapat memberikan umpan
balik bagi karyawan dalam melaksanakan pekerjaan.
4. Pengaruh
Kepuasan Kerja dengan Motivasi Kerja
Dessler (2000) yang
menyatakan bahwa kepuasan kerja antara lain mempunyai peran untuk mencapai
produktivitas dan kualitas standart yang
lebih baik, menghindari terjadinya kemungkinan membangun kekuatan kerja yang
lebih stabil, serta penggunaan sumber daya manusia yang lebih efisien.
5. Pengaruh
Kepuasan Kerja dengan Kinerja Karyawan
Pengaruh Kepuasan Kerja dengan Kinerja
lebih tepat disebut ”mitos manajemen” dan sulit untuk menetapkan ke arah mana
hubungan sebab akibat di antara keduanya. Namun dari berbagai penelitian
ditemukan bukti bahwa organisasi yang memiliki karyawan yang lebih puas cenderung
lebih efektif dibandingkan organisasi yang memiliki karyawan yang kurang puas.
Robbins(2007).
6. Pengaruh
Motivasi Kerja dengan Kinerja Karyawan
Robbins (1997) yang menyatakan bahwa motivasi
didefinisikan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke
arah tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk
memenuhi suatu kebutuhan individual.
7. Pengaruh
Kepuasan Kerja, Motivasi Kerja dan Kinerja Karyawan
Berdasarkan penelitian
atau skripsi yang terdahulu yang dilakukan oleh Noski (2000) yang berjudul
“Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Terhadap Kinerja Kayawan Rumah Sakit Islam
Ibnu Sina” menyatakan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
pegawai. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Munandar dengan judul
“Pengaruh Kepuasan Kerja dan Kompensasi Terhadap Kinerja Pegawai Tidak Tetap di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Semarang” menyatakan bahwa kepuasan kerja
berpengaruh signifikanterhadap kinerja.
B.
Penelitian Terdahulu
Judul penelitiannya Pengaruh Motivasi,
Kepuasan dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Studi Kasus di Lingkungan
Pegawai Kantor PDAM Kota Surakarta Hasil Penelitiannya adalah Motivasi
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Anwar Prabu (2005)
Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kinerja Pegawai Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Muara Enim. Secara bersama–sama seluruh
variabel bebas faktor–faktor motivasi memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat kepuasan kerja pegawai. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi faktor-faktor motivasi yang diberikan maka akan semakin tinggi
pula kepuasan kerja pegawai.
C.
Kerangka Pemikiran
Pekerjaan yang dilakukan pada dunia
perbankan merupakan salah satu pekerjaan atau aktivitas yang selalu dilakukan
secara berulang. Karyawan dihadapkan pada rutinitas yang sama dari hari ke
hari. Pada kondisi pekerjaan seperti ini karyawan sangat rentan terhadap
kejenuhan yang menyebabkan tidak adanya kepuasan dalam bekerja, selain itu
faktor kepuasan financial, kepuasan fisik, kepuasan sosial dan kepuasan
psikologi juga berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Kurang atau hilangnya motivasi
kerja juga berpengaruh terhadap kinerja.
Karyawan merupakan aset perusahaan
yang sangat berharga dan apabila dikelola dengan baik akan menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan yaitu tercapainya semua tujuan yang telah
ditetapkan.
Oleh sebab itu perlu dikaji dan
diteliti apa sesungguhnya yang mempengaruhi hasil kerja atau kinerja karyawan
baik secara simultan maupun dominan, diantaranya melalui kepuasan kerja
karyawan dan motivasi kerja karyawan.
Pemikiran tersebut digambarkan oleh
kerangka pikir teori penelitian seperti berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Kerja Pikir
D.
Hipotesis
Berdasarkan pada latar belakang,
perumusan masalah, tujuan penelitian serta uraian di atas, maka didapatkan
suatu hipotesis antara lain:
Perumusan Hipotesis
H1: Kepuasan kerja dan Motivasi berpengaruh
secara simultan terhadap kinerja karyawan pada PT. Sampoerna (Sahabat UKM
Sampoerna) Cabang Makassar
H2: Kepuasan kerja dan Motivasi berpengaruh
secara parsial terhadap
kinerja karyawan pada PT. Sampoerna
(Sahabat UKM Sampoerna) Cabang Makassar.
H3: Motivasi Kerja mempunyai pengaruh dominan
terhadap kinerja karyawan PT. Sampoerna (Sahabat UKM Sampoerna) Cabang Makassar
III.
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menitikberatkan pada pengujian
hipotesis. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang berlandaskan filsafat positifisme, digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis
data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah diterapkan.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan
metode survei, bertujuan untuk mengumpulkan informasi atas variabel tertentu
mengenai sejumlah besar individu melalui alat pengukur wawancara berupa daftar
pertanyaan yang berbentuk suatu kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan statistik inferensial adalah teknik statistik
yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk
populasi.
B. Tempat
dan Waktu
C. Populasi Dan Sampel
1.
Populasi
Populasi
menurut Sugiyono (1999:72) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek
atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
2.
Sampel
Menurut
Sugiyono (2005) Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi sumber data
dalam penelitian, yang mana adalah merupakan bagian dari jumlah karakteristik
yang dimiliki oleh populasi.
Dalam
penelitian dilakukan terhadap sampelyang mewakili populasinya. Pemilihan sampel
untuk penelitian ini dilakukan secara Purposive
sampel jenuh diambil dari secara keseluruhan populasi 50 orang yang
dijadikan sampel adalah populasi yang memenuhi kriteria tertentu dengan tujuan
agar sampel yang diambil bisa lebih representatif dengan kriteria yang telah
ditentukan.
D. Metode Pengumpulan Data
Pada bagian ini dijelaskan mengenai :
1. Jenis Data
a. Metode
Kualitatif
Analisis
kualitatif yaitu suatu analisis di mana data yang diperoleh mengenai objek
penelitian yang merupakan data kualitatif dianalisis berdasarkan perbandingan
antara teori dari literature dengan kenyataan yang diperoleh penulis selama
penelitian dilakukan. Dengan metode penelitian yaitu deskriptif untuk melihat /
menggambarkan bagaimana kepuasan kerja dan motivasi kerja dalam upaya
mewujudkan kinerja karyawan pada perusahaan dengan membandingkan keadaan yang
sebenarnya terjadi.
b. Metode
Kuantitatif
Yaitu dengan melakukan
pengolahan data dengan menggunakan rumus:
Analisa
Regresi Berganda
Yaitu untuk mengukur
seberapa jauh pengaruh kepuasan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja
karyawan, dengan analisa yang digunakan analisa regresi linear berganda dengan
menggunakan aplikasi SPSS 18.0 maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y = a + b1 . x1 + b2 .
x2 .. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . .( 3 )
Dimana :
Y =
Kinerja karyawan
a = Bilangan Konstanta
b1 = Koefisien regresi kepuasan kerja
b2 = Koefisien regresi motivasi kerja
x1 = Kepuasan kerja
x2 = Motivasi kerja
2. Sumber Data
Dalam penulisan ini penulis hanya
menggunakan data berupa data primer, yangdatanya penulis peroleh melalui
penelitian langsung terhadap objek yang diteliti dengancara melakukan wawancara
kepada pihak – pihak yang terlibat dengan masalah yangsedang dibahas serta
memberikan kuisioner kepada karyawan yang sesuai dengan penelitian yang
dilakukan.
a.
Data
Primer
Data
primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara).
Data primer secara khusus dikumpulkan
oleh peneliti untuk menjawab penelitian (Indriantoro dan Supomo, 1999) atau
berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti (Cooper dan Emory, 1997,
hal. 258). Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan dengan variabel kepuasan
kerja, motivasi, kinerja karyawan dan kinerja karyawan. Data ini didapatkan
dari kuesioner yang telah dipersiapkan
dulu oleh peneliti dan dijawab para responden.
Adapun
responden yang menjawab kuesioner tersebut adalah karyawan outsourcing PT.
Sampoerna (Sahabat UKM Sampoerna) Cabang Makassar.
b.
Data
Sekunder
Data
sekunder yaitu data yang didapat oleh peneliti secara tidak langsung melalui
media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data ini dapat
diperoleh melalui literatur, jurnal, dan sumber–sumber yang mendukung
penelitian ini. Selain itu, data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang
dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan yang berguna sebagai tambahan argumen
logis
Adapun
data sekunder yang diperoleh oleh peneliti yaitu dokumen perusahaan berupa profil perusahaan yang
terdiri dari visi, misi, struktur perusahaan dan data karyawan yang berkaitan dengan
penelitian ini.
3. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
beberapa metode, dengan maksud agar kelemahan dan keterbatasan setiap metode
dapat saling menutupi. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini,
yaitu :
a.
Studi Kepustakaan ( Library Research )
Yaitu
dengan cara mempelajari buku–buku , berbagai literature, artikel, serta bahan-bahan
tulisan yang mempunyai hubungan dengan masalah yang dibahas.
b. Riset
Lapangan
Yaitu
dengan meneliti langsung objek yang diteliti dengan cara melakukan wawancara
kepada pihak-pihak yang terlibat dengan masalah yang sedang dibahas serta
memberikan kuisioner kepada karyawan.
c.
Kuesioner
(Angket)
Metode
angket adalah perolehan data yang dilakukan melalui angket (quesioner) yang sengaja dibuat untuk
diisi oleh responden. Angket ini disusun dalam skala Guttman dengan dua jenis
pilihan yaitu (Ya) dan (Tidak). Skala Gutman dipilih karena ingin memperoleh
jawaban dari responden yang tegas terhadap suatu permasalahan.
Menyebarkan kuesioner atau pertanyaan tertulis ditetapkan kepada responden untuk dijawab
untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Pengukuran dan Pembobotan nilai kuesioner menggunakan skala
likert. Rentang nilai yang digunakan adalah 4 sampai dengan 1, bentuk jawaban
berbeda-beda tergantung dari definisi operasional tetapi range nilainya sama
1) Jawaban sangat tidak setuju, diberi
skor 1
2) Jawaban tidak setuju, diberi skor 2
3) Jawaban netral, diberi skor 3
4) Jawaban setuju, diberi skor 4
5) Jawaban sangat setuju, diberi skor 5
E.
Defenisi Operasional Variabel dan
Pengukuran Variabel
1. Konsep dari
penelitian variable, sehingga variabel diioperasionalkan
a) Variabel
Bebas (independent Variabel)
Variabel
ini sering juga disebut variabel stimulus, predictor. Variabel bebas / Xadalah
variabel yang menjadi sebab perubahan yang akan menjelaskan atau mempengaruhi
secara positif maupun negatif variabel tidak bebas di dalam pola hubungannya.
Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian berupa :
b) Variabel
Terikat (Dependent Variabel)
Variabel
terikat / Y adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel
bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya :
Y = Kinerja Karyawan
2. Dimensi atau
Indikator
Adapun
dimensi atau indicator diperoleh dari teori yang digunakan peneliti :
a) Kepuasan
kerja
Kepuasan kerja
merupakan bentuk perasaan seseorang terhadap pekerjaannya, situasi kerja dan hubungan
dengan rekan kerja. Dengan demikian kepuasan kerja merupakan sesuatu yang
penting untuk dimiliki oleh seorang karyawan, dimana mereka dapat berinteraksi
dengan lingkungan kerjanya sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik
dan sesuai dengan tujuan perusahaan.
Menurut
Handoko (2000:193) ”Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan
emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagaimana para karyawan
memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang
terhadap pekerjaannya.
b) Motivasi
Motivasi
berasal dari motive atau bahasa latinnya, yaitu movere, yang berarti
“mengerahkan”. Liang Gie mendefenisikan dalam bukunya Martoyo (1992) motive
atau dorongan adalah suatu dorongan yang menjadi pangkal seseorang melakukan sesuatu
atau bekerja. Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu orang yang melaksanakan
upaya substansial, guna menunjang tujuan-tujuan produksi unit kerjanya, dan
organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang tidak termotivasi, hanya
memberikan upaya minimum dalam hal bekerja.
c) Kinerja
Pada dasarnya
kinerja merupakan hasil kerja seorang karyawan dalamperiode tertentu yang
bersifat individual, karena setiap karyawan mempunyaitingkat kemampuan yang
berbeda – beda dalam mengerjakan tugas pekerjaannya.Hasil pekerjaan karyawan
akan baik dan sesuai dengan target yang ditetapkan jika karyawan merasa aman
dan nyaman dalam melaksanakan pekerjaan yang diberikan.
Menurut
Handoko (1987 : 135) kinerja adalah ukuran terakhir keberhasilan seorang
karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya.
3. Skala
Pengukuran
Untuk
keperluan analisis ini, penulis mengumpulkan dan mengolah data yangdiperoleh
dari kuisioner dengan cara memberikan bobot penilaian dari setiap
pernyataan.Berdasarkan Skala Likert adapun skor jawabannya adalah sebagai
berikut :
Jawaban sangat tidak setuju, diberi
skor 1
Jawaban tidak setuju, diberi skor 2
Jawaban netral, diberi skor 3
Jawaban setuju, diberi skor 4
Jawaban sangat setuju, diberi skor 5
Skala tersebut di atas,
penulis lakukan untuk pertanyaan dalam pertanyaankuisioner yang bersifat
positif sehingga tidak ada pertanyaan yang bersifat negatif (jebakan).
Variabel
|
Definisi
|
Indikator
|
Skala
|
Kepuasan
Kerja
(X1)
|
Bentuk perasaan seseorang terhadap pekerjaannya, atasan, pendapatannya,
situasi kerja/lingkungan kerjanya, dan hubungan dengan rekan kerja. (Handoko,
2000:193)
|
Gaji
Rekan Kerja
Atasan
Pekerjaan
Lingkungan kerja
|
Likert
|
Motivasi
(X2)
|
Suatu
dorongan yang menjadi pangkal seseorang melakukan sesuatu atau bekerja.
(Liang Gie : 1992)
|
Pemberian Pelatihan
Adanya kesejahteraan yang baik
Melakukan Motivasi berkala
Kesempatan yang luas untuk promosi
|
Likert
|
Kinerja
Karyawan
|
Ukuran
terakhir keberhasilan seorang karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya.
(Handoko, 1987 : 135)
|
- Kualitas kerja
- Kuantitas
-Timeliness
-Interpersonal Impact
- Cost effectiveness
|
Likert
|
F. Metode Analisis
1. Uji Instrumen
a)
Uji
validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur
yang telah disusunbenar-benar mampu mengukur apa yang harus diukur. Uji
validitas digunakan untuk menguji seberapa cermat suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurannya. Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis
item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan
jumlah tiap skor butir (corrected item total correlation) yang penyelesaiannya
dilakukan dengan menggunakan program SPSS 18.0. Uji validitas dilakukan dengan
membandingkan antarar hitung dengan rtable .melalui
tahapan analisis sebagai berikut:
.......................... ( 1 )
Keterangan:
X = Skor masing-masing variabel yang ada pada
kuesioner
Y = Skor total semua variabel kuesioner
n = Jumlah responden
rxy =
Korelasi antara variabel X dan Y. Kriteria pengujian adalah:
r hitung〉r table →valid
r hitung〈r table →tidak
valid
Butir-butir instrumen dianggap valid
apabila koefisien korelasi (r hitung) > r kritis(0,30) (Sugiyono dan Wibowo
: 2004). Dengan penilaian :
Nilai r = +1 atau
mendekati 1, maka korelasi antara X dan Y dikatakan positifdan sangat kuat
sekali.
Nilai r = -1 atau
mendekati -1, maka korelasi antara X dan Y dikatakan kuat dannegatif.
Nilai r = 0 atau mendekati
0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lemah atau tidak ada hubungan
sama sekali.
b)
Uji Reliabilitas (Test of Reliabilitas)
Uji
reliabilitas bertujuan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data padadasarnya
menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan kestabilan atau konsistensi alat
tersebut dalam mengunkapkan gejala-gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun
dilakukan pada waktu yang berbeda. Uji reliabilitas dilakukan terhadap
pertanyaan yang telah valid. Rumus yang dipakai adalah untuk menguji
reliabilitas dalam penelitianadalah Cronbach’ Alpha yang
penyelesaianya dilakukan dengan membandingkan antararalphadan
rtabel.
Secara
umum keandalan dalam kisaran 0,00 s/d 0,20 kurang baik, > 0,20 s/d0,40 agak
baik, > 0,40 s/d 0,60 cukup baik, > 0,60 s/d 0,80 baik, serta dalam
kisaran >0,80 s/d 1.00 dianggap sanggap baik Santoso( 2001 : 227).
Rumus Cronbach’s Alphaadalah sebagai
berikut:
r11 = . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( 2 )
Dimana :
r 11 = reabilitas instrumen
k =
banyak butir pertanyaan
σ t 2 = varians total
Σ σ b2 = jumlah varians
butir
2. Uji Hipotesis
a)
Analisa Korelasi
Korelasi itu berarti hubungan, begitu pula
analisis korelasi yaitu suatu analisis yang digunakan untuk melihat hubungan
antara dua variabel. Nugroho (2005), uji korelasi tidak membedakan jenis
variabel (tidak ada variabel dependent maupun independent).Digunakan untuk
mengetahui keeratan hubungan antara kepuasan kerja dan motivasi kerja dengan
kinerja karyawan yang bisa ditentukan dengan klasifikasi koefisien korelasi
yang digunakan dimana nilai korelasi dapat dikelompokkan dalam Nugroho, (2005) sebagai
berikut : 0,41 s/d 0,70 korelasi keeratan kuat, 0,71 s/d 0,90 sangat kuat dan
0,91 s/d 0,99 sangat kuat sekali dan jika 1 berarti sempurna. Nilai koefisien
korelasi diperoleh melalui pengolahan data hasil kuisioner dengan menggunakan
program SPSS 18.0.
b)
Uji T –test
Uji
statistik T pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variable
penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Rumus
yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah :
t = . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
( 4 )
Keterangan :
n = jumlah data
r = koefisien korelasi
Langkah-langkah uji
hipotesis
H0 : ts < 0 :
menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara kepuasan kerja dan motivasi kerja
dengan kinerja karyawan
H1 : ts > 0 :
menunjukan terdapat pengaruh antara kepuasan kerja dan Motivasi kerja dengan
kinerja karyawan kriteria Keputusannya adalah :
Jika t hitung > t
table, dan sig < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jika t hitung < t
table, dan sig > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Taraf signifikan = 5 %
Derajat kebebasan (df) = n
– 3
c)
Uji F
Uji F
digunakan untuk menentukan apakah secara serentak variabel independen mampu
menjelaskan variabel dependen dengan baik atau apakah variabel independen
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen secara
bersama-sama.Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah
F hitung = R2 /(k-1)
(1-R2)/N-k . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . ( 5 )
Dimana :
R2 =
koefisien determinasi
N = Banyaknya sampel (observasi)
K = Banyaknya
parameter/koefisien regresi plus konstanta
Kriteria Pengujian :
Apabila nilai F hitung
< F tabel, maka Ho diterima. Artinya semua koefisien regresi secara
bersama-sama tidak signifikan pada taraf signifikansi 5%
Apabila nilai F hitung
> F tabel, maka Ho ditolak. Artinya semua koefisien regresi secara
bersama-sama signifikan pada taraf signifikansi 5%.
d)
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien
determinasi R2 digunakan untuk mengetahui berapa persen VariasiVariabel
Dependent dapat dijelaskan oleh variasi variabel independent. Nilai R²
initerletak antara 0 dan 1. Bila nilai R² mendekati 0, berati sedikit sekali
variasi variabledependen yang diterangkan oleh variable independen. Jika nilai
R² bergerak mendekati 1berati semakin besar variasi variable dependent yang
dapat diterangkan oleh variableIndependen jika ternyata dalam perhitungan nilai
R² sama dengan 0 maka ini menunjukanbahwa variable dependent tidak bisa
dijelaskan oleh variable independent.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar di atas caranya
1. Masukkan Komentar anda di kolom komentar
2. Pada Kotak "Beri Komentar sebagai" pilih akun yang ada pada pilihan.
3. klik publikasikan.
5. isi code capta
6. tekan enter atau publikasikan.
Anda di perbolehkan berkomentar dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1. Komentar jangan mengandung SARA dan PORNO
2. Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan.
3. Tidak Boleh SPAM
4. Jangan meninggalkan Link aktif pada komentar. Komentar dengan Link Aktif akan dihapus.
5. Berkomentarlah sesuai dengan topik artikel