Strategi Pengelolaan Kelas Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Atas Negeri (Studi Kasus Di SMAN 1 Kepanjen Malang)
Maret 9, 2009 — Dadan Wahidin Oleh: Wiwik Ida Kurotul AiniAbstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan “Strategi Pengelolaan Kelas Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”. Peranan guru sebagai manajer dalam kegiatan belajar di kelas sudah lama diakui sebagai salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru sebagai tenaga profesional, dituntut tidak hanya mampu mengelola pembelajaran saja tetapi juga harus mampu mengelola kelas, yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran. Oleh karena itu sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu di semua jenjang pendidikan, penerapan strategi pengelolaan kelas dalam pembelajaran merupakan salah satu alternatif yang diyakini dapat digunakan untuk memecahkan persoalan yang mendasar dari permasalahan pendidikan di tanah air.
Kata Kunci: strategi pengelolaan kelas, prestasi belajar, siswa
Ujian Akhir Sekolah yang disingkat UAS dengan Ujian Akhir Nasional yang disingkat UAN, selalu dilaksanakan setiap akhir tahun pelajaran oleh semua sekolah mulai dari SD sampai SMA dan SMK. Tujuan utama Ujian Akhir Sekolah dan
Ujian Akhir Nasional adalah untuk (a) mengukur pencapaian hasil belajar
peserta didik, (b) mengukur mutu pendidikan, (c) mempertanggung
jawabkan penyelenggaraan pendidikan secara nasional, propinsi,
kabupaten/kota, dan sekolah kepada masyarakat. Kegiatan tersebut
merupakan salah satu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
sebagai mana tertulis dalam Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 sebagai berikut :
Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk
mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut Pemerintah Republik
Indonesia melalui Departemen Pendidikan Nasional berupaya mengadakan perbaikan
dan pembaharuan sistem pendidikan di Indonesia, yaitu dalam bentuk
pembaharuan kurikulum, penataan guru, peningkatan manajemen pendidikan,
serta pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. Dengan pembaharuan
ini diharapkan dapat dihasilkan manusia yang kreatif yang sesuai dengan
tuntutan jaman, yang pada akhirnya mutu pendidikan di Indonesia
meningkat.
Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar mengajar yang
diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai
kemampuan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diharapkan. Karena
pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu
faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar
di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran
dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya
sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Adam dan
Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru dalam proses belajar
mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b)
guru sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator
dan (d) guru sebagai evaluator.
Sebagai
tenaga profesional, seorang guru dituntut mampu mengelola kelas yaitu
menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi
tercapainya tujuan pengajaran. Menurut Amatembun (dalam Supriyanto, 1991:22)
“Pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam
menciptakan dan mempertahankan serta mengembang tumbuhkan motivasi
belajar untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan”. Sedangkan menurut
Usman (2003:97) “Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat
mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif”.
Pengelolaan dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan sistem
pembelajaran yang mendasar, di antara sekian macam tugas guru di dalam
kelas.
Berdasarkan
uraian di atas, maka fungsi pengelolaan kelas sangat mendasar sekali
karena kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi kegiatan mengelola
tingkah laku siswa dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional dan
mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan
kondisi yang memungkinkan, indikatornya proses belajar mengajar
berlangsung secara efektif.
Keberadaan
SMA Negeri 1 Kepanjen, dengan prestasi akademis yang diraih yaitu
perolehan Nun relatif baik, perolehan kejuaraan pelajar teladan,
perolehan kejuaraan olympiade ilmu pengetahuan maupun dalam
bidang karya ilmiah baik tingkat Nasional, Propinsi, dan
Kabupaten/Kota. Demikian pula berbagai prestasi dalam bidang kegiatan
(Non Akademis) diantaranya kejuaraan PMR, Pramuka, Marching Bands untuk
tingkat Propinsi, Kabupaten/Kodya. Berdasarkan uraian diatas, maka
identifikasi pengelolaan kelas kaitannya dengan proses dan hasil
pembelajaran di sekolah, menjadi hal yang menarik untuk dijadikan fokus
penelitian.
Penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh diskripsi yang jelas dan rinci tentang
strategi guru dalam: (1) Membuat perencanaan pembelajaran, (2) Membangun
kerjasama dalam pembelajaran, (3) Pemberian motivasi belajar siswa, (4)
Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, (5) Meningkatkan disiplin
siswa dan (6) Evaluasi proses belajar mengajar
METODE
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus. Tehnik
penggalian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1)
wawancara mendalam (in depth interview) yang diperoleh dari: sepuluh
guru mata pelajaran, satu konselor sekolah, wakil kepala sekolah bidang
kurikulum, kesiswaan, hubungan masyarakat dan sarana prasarana, kepala
sekolah dan mantan kepala sekolah, (2) observasi partisipan
(participant observation) dilakukan pada saat pembelajaran di kelas,
Laboratorium, Perpustakaan dan di ruang tatib, dan (3) studi dokumentasi
yang bersumber dari non insani, yaitu dokumen pribadi guru dan dokumen resmi sekolah.
Analisis
data dilakukan selama penelitian ini berlangsung dan didasarkan atas
langkah-langkah Miles & Huberman (1992), yaitu: (1) reduksi data,
(2) penyajian data, (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi. Pengecekan
keabsahan data dilakukan dengan menggunkan: (1) derajat
kepercayaan (credibility) yaitu trianggulasi dan pengecekan teman
sejawat, (2) kebergantungan (dependability), dan (3) kepastian
(confirmability)
HASIL
Hasil penelitian sesuai dengan fokus dan berdasarkan paparan data, temuan penelitian adalah sebagai berikut:
Pertama bagaimana strategi guru dalam menyusun rencana pembelajaran?
Strategi
menyusun rencana pembelajaran adalah sebagai berikut Kepala sekolah
melalui kebijakan yang dituangkan dalam tugas guru, mewajibkan para guru
untuk membuat program mengajar yang berupa: silabus, Analisa Materi
Pelajaran, Program tahunan, Program Semester, dan Rencana Program
Pembelajaran. Pembuatan program pembelajaran disusun secara
bersama-sama melalui pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran yang ada
di lingkungan sekolah yang selanjutnya dimantabkan melalui pertemuan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran tingkat Kabupaten. Selanjutnya perangkat
mengajar diserahkan kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum untuk
dikoreksi dan ditanda tangani oleh kepala sekolah. Pada saat mengajar,
para guru selalu membawa perangkat pembelajaran dengan maksud agar
proses belajar mengajar berjalan dengan terarah, dan tujuan yang
dirumuskan dalam program bisa tercapai. Dan bila selesai mengajar
perangkat mengajar disimpan di almari guru masing-masing yang telah
disediakan oleh sekolah, dengan demikian bila diperlukan perangkat
mengajar sudah ada di sekolah dan terjaga keamanannya.
Kedua, bagaimana strategi guru dalam membangun kerjasama dengan siswa dalam proses belajar mengajar?
Kegiatan
guru yang profesional merupakan kegiatan atau tugas guru yang rutin
yang dianggap sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
profesionalismenya. Mengingat input yang masuk SMA Negeri1
Kepanjen, tiap tahunnya rata-ratanya tinggi, maka untuk mempertahankan
dan meningkatkan prestasi akademis siswa, guru berupaya untuk melibatkan
siswa secara optimal dalam pembelajaran yang dikelolanya.
Dalam
menjalin kerjasama dengan siswa, strategi yang diterapkan oleh guru SMA
Negeri 1 Kepanjen adalah sebagai berikut: (a) menjalin hubungan baik
dengan siswa, (b) berusaha memahami latar belakang siswa, (c) penguasaan
materi dan cara penyajiannya menarik, (d) penggunaan model mengajar
yang bervariasi dan (e) memberi pembinaan khusus bagi siswa bermasalah.
Pengembangan
sekolah memiliki arti tersendiri bagi sekolah ini, sehingga sekolah
tidak hanya menjalin kerjasama dengan siswa saja, tetapi sekolah juga
menjalin kerjasama dengan orang tua/wali, perguruan tinggi, instansi
pemerintah dan alumni. Adapun bentuk kerjasamanya adalah sebagai
berikut: pengadaan sarana dan fasilitas sekolah, rekrutmen calon
mahasiswa, penyaluran bakat dan minat siswa melalui kegiatan
ektrakurikuler dan pengadaan pembina ekstra kurikuler. Kerjasama dalam
hal ini, tidak hanya dilakukan melalui kegiatan pembelajaran di kelas
saja, melainkan melalui kegiatan sekolah secara keseluruhan yang mengarah pada upaya peningkatan prestasi belajar siswa.
Ketiga, bagaimana Pemberian Motivasi belajar terhadap siswa
Mengingat input
siswa baru yang masuk ke SMA Negeri 1 Kepanjen setiap tahunnya
tergolong tinggi, demikian pula secara umum motivasi belajar siswanya
bagus, sehingga pemberian motivasi terhadap siswa adalah sebagai
berikut: (a) khususnya siswa kelas tiga selalu diberi latihan-latihan
soal, (b) pemberian tugas untuk praktek lapangan, (c) mengikut sertakan
siswa dalam kegiatan ilmiah, (d) mengkomunikasikan hasil belajar siswa
melalui papan pengumuman maupun melalui pertemuan dengan orang tua, (e)
pemberian reinforcement, (f) penggunaan media dalam pembelajaran dan (g)
pemberian layanan bimbingan.
Dengan pemberian motivasi dalam bentuk pemberian tugas pada siswa, khususnya di SMA 1 Negeri
Kepanjen, hasilnya efektif sekali karena dengan strategi tersebut mampu
mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Keempat, bagaimana strategi dalam menciptaan Iklim Pembelajaran
Agar
pelaksanaan pembelajaran di kelas berlangsung dengan lancar dan efektif,
maka pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah, staf dan guru
melakukan upaya berupa: (a) petugas tatib selalu mengantisipasi
berkeliling di lingkungan sekolah untuk mengontrol tempat-tempat yang
rawan, (b) waka kesiswaan mengadakan razia di dalam kelas dengan dibantu
petugas tatib dan guru pembimbing, (c) dalam mengajar guru berusaha
memahami karakter siswa, (d) guru berusaha menciptakan suasana
pembelajaran yang demokratis, (e) guru memberi kesempatan siswa untuk
bertanya tentang kesulitan pelajaran atau masalah lainnya, dan (f) guru
berusaha menciptakan kemudahan siswa dalam mempelajari pelajaran eksak.
Dengan strategi seperti diatas, maka iklim di lingkungan SMA Negeri
Kepanjen, memungkinkan terciptanya lingkungan belajar yang kondusif
sehingga siswa merasa senang dan betah berada di sekolah selama jam
efektif kegiatan belajar mengajar, bahkan hingga sore hari untuk mengikuti kegiatan tambahan.
Kelima, bagaimana Upaya dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa
Karakteristik
SMA Negeri Kepanjen adalah semua warganya mulai dari pimpinan sekolah,
guru, karyawan dan siswanya memiliki budaya disiplin yang tinggi. Namun
demikian pihak sekolah tetap mempertahankan serta melestarikan budaya
disiplin yang sudah bagus ini untuk ditingkatkan menjadi menjadi kultur
disiplin yang mandiri. Adapun strategi untuk meningkatkan disiplin,
sebagai berikut: (a) sekolah memiliki sistem pengendalian ketertiban
yang dikelola dengan baik, (b) adanya keteladanan disiplin dalam sikap
dan prilaku mulai dari pimpinan sekolah, guru dan karyawan, (c)
mewajibkan siswa baru untuk mengikuti ekstrakurikuler Pramuka, (d) pada awal masuk sekolah guru bersama siswa membuat kesepakatan tentang aturan kelas,
(e) memperkecil kesempatan siswa untuk ijin meninggalkan kelas, (f)
setiap upacara hari senin diumumkan frekuensi pelanggaran terendah.
Dengan strategi tersebut diatas kultur disiplin siswa bisa terpelihara
dengan baik, suasana lingkungan belajar aman dan terkendali sehingga
siswa bisa mencapai prestasi belajar yang optimal.
Keenam, bagaimana pelaksanaan Evaluasi Proses Belajar Mengajar
Evaluasi
dalam pembelajaran di SMA Negeri Kepanjen ada dua macam yaitu: (1)
penilaian terhadap hasil belajar siswa, (2) penilaian terhadap proses
pengajaran.
Penilaian
terhadap hasil belajar siswa baik dari ulangan harian, ulangan
semester, Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional menunjukkan hasil
yang memuaskan, berdasarkan data perolehan ulangan semester, perolehan
Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional, SMA Negeri Kepanjen selalu
menduduki posisi rangking 1, 2, dan 3 untuk wilayah kabupaten Malang.
(Data dari DikNas Kabupaten Malang).
Penilaian
terhadap proses pengajaran, berdasarkan hasil wawancara, observasi
peneliti dan supervisi kepala sekolah, bahwa kompetensi guru dalam
pembelajaran di kelas sudah bagus sekali, bahkan guru senior selalu
menularkan etos kerja yang bagus, baik dalam melaksanakan tugas
mengajarnya, tugas mengadministrasi hasil mengajar, maupun tugas tambahan dari sekolah. Demikian juga para guru SMA Negeri 1 Kepanjen
memiliki komitmen mempertahankan prestasi sekolah yang sudah bagus ini
untuk lebih ditingkatkan lagi sehingga prestasi siswa menjadi optimal. Keberhasilan
SMA Negeri Kepanjen dalam mengukir prestasi didukung oleh: (a) input
siswa yang tinggi, (b) etos kerja guru tinggi, (c) iklim sekolah yang
kondusif, (d) adanya tanggung jawab moral dari guru senior untuk
menularkan etos kerja yang tinggi terhadap guru baru, (e) peningkatan profesional guru melalui kegiatan
Musyawaah Guru Mata Pelajaran, Diklat dan Workshop , (f) bimbingan
belajar bagi semua siswa, (g) bimbingan prestasi bagi siswa peringkat
1-5 dari masing-masing kelas, (h) conversation bekerjasama dengan AMECC, dan (i) debat bahasa Inggris.
PEMBAHASAN
Berdasarkan temuan penelitian tersebut diatas, untuk fokus pertama yaitu strategi guru dalam menyusun rencana pembelajaran? Sebelum tahun ajaran baru, kepala sekolah mengadakan rapat kerja dengan kegiatan membuat rencana kegiatan
pembelajaran selama setahun kedepan yaitu menyusun silabus, analisa
mata pelajaran, program tahunan, program semester dan rencana program
pembelajaran. Semua guru berusaha membuat perencanaan
dengan baik, bahkan ada suasana berlomba untuk membuat program mengajar
yang baik dan berupaya selesai duluan. Pada hakekatnya bila suatu
kegiatan direncanakan lebih dahulu, maka tujuan dari kegiatan tersebut
akan lebih terarah dan lebih berhasil. Itulah sebabnya seorang guru
harus memiliki kemampuan dalam merencanakan pengajaran. Sehubungan
dengan hal itu David Johnson (1979:9), mengatakan guru diharapkan
merencanakan dan menyampaikan pengajaran, karena semua itu memudahkan
siswa belajar. Pengajaran merupakan rangkaian peristiwa yang
direncanakan untuk disampaikan, untuk menggiatkan dan mendorong belajar
siswa yang merupakan proses merangkai situasi belajar (yang terdiri dari
ruang kelas, siswa dan materi kurikulum) agar belajar menjadi lebih
mudah.
Perencanaan/persiapan
mengajar disusun secara bersama-sama dengan guru mata pelajaran yang
serumpun yang tergabung dalam MGMP sekolah yang selanjutnya dimantabkan
pada pertemuan MGMP tingkat kabupaten. Bahwa selain berguna sebagai alat
kontrol, maka persiapan mengajar juga berguna sebagai sebagai pegangan
guru sendiri (Hendiyat Soetopo & Wasty S, 1984:136). Demikian pula
bahwa mengajar dengan perencanaan/Persiapan yang baik maka pelaksanaan pengajaran
menjadi baik dan efektif yaitu peserta didik harus dijadikan pedoman
setiapkali membuat persiapan mengajar (Tim Pembina Mata Kuliah
Kurikulum. IKIP Surabaya (1988:48)
Untuk fokus yang kedua strategi guru dalam menjalin kerjasama dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, guru
pada awal kegiatan belajar mengajar berupaya menjalin hubungan baik
dengan semua siswa dengan memanfaatkan sedikit waktu untuk mengabsen
siswa, juga mengadakan pendekatan dengan siswa dari
bangku ke bangku yang lain ketika siswa mengerjakan tugas sambil
melihat hasil pekerjaan siswa, seperti apa? mungkin pekerjaan siswa
ada yang tidak sesuai dengan petunjuk, nah siswa yang semacam ini yang
perlu diarahkan/dibimbing. Temuan peneliti diatas sesuai dengan pendekatan pengelolaan kelas yaitu pendekatan iklim sosio-emosional yang
berlandaskan psikologi klinis dan konseling dengan mengasumsikan, bahwa
kegiatan belajar mengajar yang efektif mempersyaratkan sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa juga antara
siswa dengan siswa. Untuk tugas guru yang pokok dalam pengelolaan kelas
adalah membangun atau menciptakan hubungan interpersonal dan
mengembangkan iklim sosio emosional yang positif.
Demikian
pula dalam kegiatan belajar mengajar, guru berusaha menyampaikan materi
pelajaran dengan suara yang jelas, dengan menggunakan bahasa yang
sederhana yang mudah dipahami siswa sehingga mampu menarik perhatian
siswa, juga setiap pokok bahasan selalu dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari, misalnya: manfaat pelajaran bahasa Indonesia agar bisa
berbahasa Indonesia yang benar, manfaat kimia untuk industri dan
sebagainya.
Model pembelajaran yang diterapkan guru adalah model pemberian tugas secara kelompok, model tutor sebaya. Setiap masuk kelas apakah kegiatan siswa mengerjakan
tugas atau praktikum, siswa dikelompok-kelompokkan, setiap kelompok
terdiri dari 6-8 siswa dan untuk anak-anak yang pandai disebar, yang
nantinya bisa di manfaatkan sebagai tutor sebaya, disini guru berfungsi
sebagai fasilitator dan hasilnya akan diinformasikan kepada sesama temannya dengan bantuan siswa yang pandai-pandai yang sebelumnya sudah dikelompokkan.
Untuk mata pelajaran matematika, menggunakan model Grade Level Based Learning (GLBL) dimana kelas dibagi menjadi tiga bagian ada upper,
midle dan low kemudian dipadukan dengan model Jigsaw , siswa
dikumpulkan dalam tiga tingkatan, papan dijadikan 3 petak dengan diberi
soal dengan level yang berbeda sesuai dengan kemampuan siswa, setelah
itu dicross kemudian bentuk kelompok baru disitulah mereka saling
mengisi, lalu di tes nilainya adalah gabungan dari siswa yang potensinya
rendah, sedang dan tinggi. Akhirnya anak yang tidak bisa berusaha
mencari tahu dari anak yang pintar, anak yang pintar berusaha memberi
ilmunya pada anak yang tidak bisa dengan tujuan agar nilai rata-ratanya
baik, sebab nilainya adalah nilai bersama. Jadi anak sepintar apapun
kalau tidak berusaha membantu yang kemampuan di bawahnya jatuhlah
nilainya, sehingga mereka mempunyai tanggung jawab untuk mengajari
temannya yang nilainya rendah, juga kegiatan presentasi dari masing-masing kelompok diukur sebagai kerja sama (Sardiman,1986).
Untuk
fokus ketiga yaitu pemberian motivasi belajar siswa, dalam penelitian
ini ditemukan bahwa motivasi belajar siswa SMA Negeri Kepanjen bisa
ditumbuhkan melalui latihan-latihan soal, pembelajaran di luar kelas,
melibatkan siswa dalam kegiatan ilmiah, mengkomunikasikan hasil ulangan,
menggunakan media pembelajaran, memberikan reinforcement dan memberi
perhatian terhadap perkembangan prestasi maupun prilaku siswa.
Siswa
SMA Negeri 1 Kepanjen rata-rata memiliki motivasi belajar yang tinggi,
hal ini peneliti amati saat proses belajar mengajar berlangsung, semua
siswa berusaha untuk memperhatikan dan mengikuti semua kegiatan dengan
baik, kemudian adanya rasa bersaing dalam mengerjakan tugas maupun
mencapai nilai yang baik, oleh karena itu guru berupaya mengelola
pembelajaran di dalam kelas dengan menarik, sehingga
motivasi belajar siswa tetap terpelihara dengan baik yang pada akhirnya
siswa mampu mencapai prestasi yang optimal.(Mc Cleland)
SMA Negeri 1 Kepanjen memiliki target, prioritas siswa kelas III harus mampu menghadapi
UAS dan UAN sehingga dalam kegiatan pembelajaran terutama yang
berkaitan materi ujian akhir tersebut, setiap guru selalu berusaha
memberi latihan-latihan soal baik melalui bimbingan belajar maupun
pembelajaran yang efektif, misalnya mata pelajaran
matematika kalau ulangan harian diberi soal-soal dengan bobot yang
tinggi sehingga mereka mendapat nilai 4,5,6 tetapi kalau sudah ulangan
semester mereka yang mendapat nilai 6 itu sedikit sekali, ternyata
nilainya lebih bagus. Dengan diberi soal matematika yang bobot
kesulitannya tinggi akan merangsang siswa untuk mengajukan berbagai
pertanyaan, selanjutnya dijelaskan oleh guru, namun juga
dalam latihan-latihan juga diberi soal yang bobot kesulitannya sedang,
maupun yang mudah, sehingga anak-anak merasa senang dalam mengikuti
pembelajaran matematika.
Mengingat
pembelajaran di ruangan kelas kadang kala menjenuhkan, maka untuk
menumbuhkan rasa senang belajar di luar kelas dengan memberi tugas
melakukan wawancara, membuat kalimat, teks pidato, mendata penjualan di
Kopsis . Dengan pembelajaran di luar kelas yang tentunya suasananya beda
dan lebih menyenangkan, sehingga akan lebih memacu untuk lebih leluasa
dalam mengembangkan aktifitasnya, mengungkapkan pendapatnya yang pada
akhirnya siswa merasa lebih fresh dan dampaknya perolehan prestasi
optimal.
SMA
Negeri 1 Kepanjen merupakan lembaga pendidikan yang sudah mendapat
kepercayaan dari berbagai instansi pemerintah dan perguruan tinggi,
dalam menghasilkan siswa yang berpotensi, hal ini peneliti ketahui ada
undangan dari berbagai instansi untuk mengikuti lomba-lomba ilmu
pengetahuan maupun kegiatan ilmiah. Setiap tahun, sekolah memprogramkan
pengayaan bagi siswa yang memiliki rangking 1s/d 5 untuk
masing-masing kelas, dan mereka dipersiapkan untuk mengikuti lomba ilmu
pengetahuan, siswa teladan dan karya ilmiah, baik tingkat nasional,
propinsi maupun tingkat kabupaten.
Sekolah
juga selalu mengkomunikasikan hasil prestasi belajar siswa melalui papan
khusus yang tempatnya di depan ruang tata tertib, papan pengumuman
hasil belajar tersebut fungsinya untuk menempelkan perolehan hasil
balajar siswa, baik ulangan harian, ulangan per Kompetensi Dasar,
ulangan mid semester, semester maupun rangking kelas, rangking paralel
serta siswa yang harus mengikuti remedial. Juga mengkomunikasikan pada
orang tua melalui buku raport. Pendapat Herzberg,
pekerjaan itu sendiri dapat merupakan motivator yang kuat, yang
memberikan kontribusi terhadap teori belajar, karena secara tradisional
pekerjaan dianggap kebutuhan yang tidak menarik maka dianggap perlu
adanya motivasi ekstrinsik.
Guru
memiliki peranan kepemimpinan yang hakiki dalam hubungannya dengan
produktivitas belajar. Ia memiliki tanggung jawab dalam menciptakan
kondisi yang serentak memenuhi kebutuhan siswa dan kebutuhan tugas.
Seorang pelajar jarang menyadari mengapa dia merasa leluasa dan dapat
mengoptimalkan kemampuannya, tetapi ia memberi reaksi secara sadar
terhadap “suasana yang diciptakan oleh gaya mengelola yang merupakan
lambang sikap mendukung” (Gellerman, 1963). Adapun bentuk pemberian motivasi belajar kepada siswa yaitu guru-guru mengadopsi strategi
“pengayaan tugas”. Pengayaan tugas mengandung arti bahwa guru mempunyai
tanggung jawab yang jelas untuk merancang tugas-tugas belajar
sedemikian rupa, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk mendapat
pengalaman dan suatu perasaan pencapaian pribadi, penghargaan, tanggung
jawab, otonomi, kemajuan dan pertumbuhan.
Memperbaiki
faktor kesehatan, seperti pengawasan ketat dan komunikasi yang lebih
baik cenderung untuk meningkatkan hasil belajar yang bersifat sementara.
Berlainan dengan itu, pengayaan tugas dapat mengakibatkan kepuasan,
motivasi dan hasil belajar yang tahan lama.
Dari
penelitian Frederick Herzberg dapat diperoleh sebuah model yang berguna
dan relevan dengan kegiatan belajar, karena penekanan pada pengayaan
tugas memberi kepada guru sebuah strategi yang kuat untuk mengembangkan
serta memperkuat motivasi siswa.
Fokus
keempat yaitu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Untuk
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif di SMA Negeri 1 Kepanjen, temuan peneliti sebagai berikut, bahwa semua warga khususnya yang ada di lingkungan SMA Negeri 1 Kepanjen
memiliki budaya disiplin dan tertib dalam melaksanakan tugas, sekolah
berupaya menciptakan lingkungan belajar yang aman, menciptakan suasana
pembelajaran demokratis, memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang
kesulitan pelajaran, menciptakan kemudahan siswa dalam mempelajari mata
pelajaran eksak dan senantiasa berusaha untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan.
Salah satu dari program kegiatan team tatib, adalah menciptakan lingkungan belajar yang aman yaitu dengan cara petugas tatib
berkeliling untuk mengontrol kamar kecil, lokasi belakang sekolah, ke
kantin sekolah, tempat parkir pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Sebab siswa seusia ini kadang kala ada yang senang nongkrong di
tempat-tempat yang aman menurut mereka, kadang kala petugas tatib
menangkap anak yang nongkrong di tempat tersebut sambil merokok, dengan
langkah-langkah semacam itu maka bisa mengurangi pelanggaran-pelanggaran
yang terjadi di sekolah, mengadakan razia yang dibantu dengan guru
pembimbing selama upacara bersama berlangsung. Dengan suasana lingkungan
belajar yang aman siswa bisa mengikuti pelajaran dengan baik yang pada
akhirnya bisa mencapai prestasi belajar yang optimal, begitu juga guru
bisa menyampaikan materi dengan baik tanpa adanya gangguan dari siswa
sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan lancar dan target
pembelajaran bisa tercapai.
Untuk menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan dan siswa antusias dalam mengikuti pelajaran, seorang guru mengadopsi
dari Quantum teaching yaitu menerapkan quesioner quantum dari angket
tersebut guru akan mendapat data tentang type belajar siswa, bagaiman
type belajar visual, auditorial dan kinestetik. Kemudian data mengenai
sifat dan gaya belajar siswa tersebut dipakai untuk meletakkan posisi
siswa, bila siswa tergolong visual maka posisi duduknya ditempatkan
ditengah, kalau kinestetik ditempatkan di dekat pintu, kalau auditorial
di tempatkan di belakang, demikian juga metode mengajarnya juga dibuat
bervariasi. Kenyataannya dengan tekhnik-tekhnik semacam itu pembelajaran
bias menyenangkan siswa. Selain strategi diatas dengan
cara menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis dimana semua siswa
dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran maupun dalam memecahkan
persoalan-persoalan kelas dengan keputusan tetap ada pada siswa dengan
guru sebagai fasilitator, hal tersebut didukung oleh Hasibuan
(1988:174).
Agar
pembelajaran menyenangkan siswa, guru berusaha menciptakan kemudahan
siswa dalam mempelajari materi fisika, misalnya pelajaran fisika tidak
banyak melibatkan matematika, jadi fisisnya yang ditonjolkan. Apa yang
pernah dilihat anak, dikembangkan dalam pelajaran fisika di SMA, karena
di SMA pelajaran fisika sudah pernah didapatkan pada pelajaran fisika di
SMP, kemudian di SMA ditingkatkan dengan mempraktekkan di laboratorium
dan soal-soalnya diharapkan tidak melibatkan materi matematika. Biasanya
pelajaran fisika kalau sudah kena matematika, anak akan takut karena
tidak bisa menyelesaikan persoalan matematika. Pada awalnya materi untuk
siswa kelas X dan XI matematikanya dikurangi, fisisnya ditonjolkan
tetapi kalau sudah masuk kelas III baru menggunakan analisa matematika
dalam mata pelajaran fisika.
Dalam
kegiatan belajar mengajar guru senantiasa berusaha menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan, kalau saat guru menerangkan materi yang
esensial maka suasana menjadi serius, namun juga guru kadang kala
melontarkan kalimat-kalimat yang membuat siswa tertawa tetapi masih
dalam koridor materi tersebut. Mengingat kelas III adalah sekolah
tingkat akhir yang mempunyai beban dan tanggung jawab yang lebih besar,
dimana mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi Ujian Akhir
Sekolah dan Ujian Akhir Nasional, harus juga merencanakan langkah apa
yang harus dilakukan setelah tamat dari SMA. Melihat beban yang harus
dihadapi siswa begitu komplek maka guru SMA Negeri 1 Kepanjen
juga merasa empati terhadap kecemasan yang dialami siswa, dengan
menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa merasa
enjoy dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan harapannya bisa
mencapai prestasi belajar yang optimal (Walberg & Greenberg, 1977)
Fokus
kelima yaitu strategi dalam meningkatkan kedisiplinan siswa yaitu , SMA
Negeri 1 Kepanjen mewajibkan semua siswa baru untuk mengisi format
pernyataan tentang kesediaan siswa untuk mematuhi semua peraturan dan
tata tertib yang berlaku di SMA Negeri 1 Kepanjen dengan mengetahui
orang tua, apabila dikemudian hari siswa melanggar maka siswa harus
bersedia untuk menerima sanksi bahkan kalau sering melakukan pelanggaran maka siswa dikembalikan ke orang tua. Demikian pada kegiatan orientasi siswa baru (MOS), mewajibkan
siswa baru mengikuti latihan baris berbaris yang dibina oleh guru SMA
Negeri 1 Kepanjen yang telah mendapatkan sertifikat pelatihan Latihan
Baris Berbaris dengan penyelenggara DokDikJur Rampal Malang. Selanjutnya mewajibkan siswa baru mengikuti ekstra kurikuler Pramuka, karena kegiatan pramuka berisi kegiatan yang membentuk remaja yang memiliki kepribadian
yang santun, jiwa patriotik dan pantang menyerah dalam menghadapi
kesulitan. Kegiatan ini dilaksanakan secara periodik yaitu setiap hari
jum’at sore yang dibina oleh alumni yang tergabung dalam DA (Dewan
Ambalan), juga ada pembina dari guru-guru SMA Negeri 1 Kepanjen yang
aktif dan suka dengan kegiatan Kepramukaan.
Temuan
peneliti diatas sesuai dengan pendapat Rohani (2004:22) guru mesti
menyadari bahwa tanggung jawab dalam pengajaran khususnya untuk
menghantarkan perkembangan dan perubahan lebih maju bagi diri peserta
didik tidak boleh menafikan dan melupakan kenyataan bahwa suatu disiplin
pada awalnya harus dipaksakan dari luar menuju kearah disiplin mandiri
khususnya disiplin yang menyangkut aktifitas dalam kelas pengajaran
Untuk
meningkatkan disiplin siswa, SMA Negeri 1 Kepanjen memiliki sistem
pengendalian ketertiban yang sudah berjalan dengan baik, sistem ini
dilaksanakan oleh petugas tatib bekerja sama dengan wakasek, guru piket,
wali kelas, guru pembimbing dan dibantu oleh dua orang petugas satpam
dan sebagai penanggung jawab dalam hal ini adalah Kepala sekolah.
Petugas tatib bersama satpam setiap pagi berada di pintu gerbang depan
dan pintu gerbang belakang, untuk memantau kelengkapan atribut seragam
sekolah siswa, apabila menemui siswa yang seragamnya tidak sesuai dengan
jadwal, atribut tidak lengkap, siswa terlambat, maka siswa yang
melanggar setelah bel masuk dikumpulkan di sekretariat tatib, kemudian
disuruh mengisi buku rekaman tentang jenis pelanggaran untuk ditindak
lanjuti dengan memberikan sanksi. Secara umum anak-anak sudah memahami
karena sebelumnya sudah disosialisasikan tentang tata tertib dan
peraturan beserta sanksinya, yaitu mengumpulkan alat-alat kebersihan
(misalnya: sapu, sulak, kain pel, keset dsb). Untuk meningkatkan
pemantauan terhadap ketertiban siswa, pihak tatib selalu
menginformasikan siswa yang melanggar kepada wali kelasnya masing-masing
agar segera ditindak lanjuti dengan pembinaan wali kelas sehingga siswa
tidak berani mengulangi lagi, namun bila sampai dua atau tiga kali siswa
melanggar, maka tatib dan wali kelas mengirim ke guru pembimbing bahkan
kalau perlu didatangkan orang tuanya, dengan harapan orang tua ikut
membina di rumah.
Khususnya
di SMA Negeri 1 Kepanjen, memang pengendalian ketertiban siswa dibuat
sedemikian rupa sehingga bisa tercipta suasana yang tertib, aman dan
terkendali terutama para guru hampir semua memberi teladan, misalnya
begitu bel masuk berbunyi guru sudah berada di depan pintu kelas,
demikian juga bel pelajaran berakhir, guru harus sudah mengakhiri
sehingga anak-anak mengikuti bahkan begitu bel berbunyi anak-anak sudah
ada di dalam ruangan kelas bahkan ada juga guru yang sudah menutup pintu
kelas sehingga lima belas menit sebelum bel masuk anak sudah datang di
sekolah. Temuan ini sesuai dengan pendapat yang dimuat dalam (Depdikbud,
1999:138), sekolah yang tertib, aman, dan teratur merupakan prasyarat
agar siswa dapat belajar secara optimal. Kondisi semacam ini dapat
terjadi jika disiplin di sekolah berjalan dengan baik. Kedisiplinan
siswa dapat ditumbuhkan jika iklim sekolah menunjukakan kedisiplinan.
Siswa baru akan segera menyesuaikan diri dengan situasi sekolah. Jika
situasi sekolah disiplin, siswa akan ikut disiplin. Kepala sekolah
memegang peran penting dalam membentuk disiplin sekolah, mulai dari
merancang, melaksanakan, dan menjaganya.
Fokus
keenam yaitu evaluasi proses belajar mengajar Berdasarkan temuan
peneliti bahwa evaluasi proses belajar mengajar dilaksanakan pada
awal pembelajaran, guru selalu melontarkan pertanyaan yang berkaitan
dengan materi pertemuan sebelumnya. Kegiatan selanjutnya membahas materi
inti yang sudah dipelajari siswa sebelumnya, sehingga saat guru
membahas para siswa cepat memahaminya. Setelah itu guru memberikan
beberapa persoalan dipapan tulis dengan memberi kesempatan siswa secara
bergilir untuk mengerjakan kedepan dan 90% siswa mengerjakan soal
tersebut dengan benar. Demikian pula bila melihat hasil nilai ulangan
harian, rata-rata nilainya baik ( 85 – 100), dan hasil ulangan harian
selalu dibagikan kepada siswa, ulangan semester dilaksanakan secara
serempak bersama SMA yang ada di wilayah kabupaten Malang dengan
perolehan hasil ulangan semester secara umum kelas X, 2 dan kelas 3
berada pada posisi rangking 1-2 dan data perolehan UAN berada posisi
rangking 1-2 untuk wilayah kabupaten Malang. Evaluasi belajar mengajar
yang dilaksanakan oleh guru orientasinya pada hasil belajar maupun
kepada proses pembelajaran itu sendiri (Glaser,1965).
Kontrol
adalah suatu pekerjaan yang dilakukan seorang guru untuk menentukan
apakah fungsi organisasi serta pimpinanya telah dilaksanakan dengan
berhasil mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Jika tujuan itu
belum dicapai, maka seorang guru harus mengukur kembali serta mengatur
situasi tetapi ia tidak boleh mengubah tujuannya. Jika seseorang guru
mengadakan kontrol, maka ia melakukan: (1) mengevaluasi sistem belajar,
(2) mengukur hasil belajar, dan (3) memimpin dengan berpedoman pada
tujuan yang tertentu. Dengan jalan demikian, guru-manajer mencoba
menentukan apakah kejadian-kejadian sesuai dengan apa yang direncanakan,
dan jika terjadi kegagalan diubah menjadi suatu keberhasilan. Hal ini
dilakukan dengan jalan memimpin dengan efektif. Hanya efektivitas dia
yang dapat mengubah sumber menjadi hasil(Davies,1986:36)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan, pertama strategi guru dalam membuat perencanaan pembelajaran sebelum tahun ajaran baru, kepala sekolah mewajibkan semua guru membuat perencanaan
pembelajaran yang meliputi: silabus, analisa materi pelajaran (AMP),
program tahunan, program semester, dan Rencana program pengajaran.
Pembuatan program mengajar dibuat bersama-sama dengan para guru yang
tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di sekolah yang
kemudian dimantabkan pada pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat Kabupaten. Selain perangkat mengajar, penataan ruangan belajar dan pengaturan siswa di dalam kelas, perlu disiapkan pula. Penataan kelas dan penempatan siswa dalam kelas telah diprogramkan oleh sekolah melalui wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana bekerjasama dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru pembimbing (BK) dan wali kelas. Mengajar
dengan persiapan materi yang matang, penataan ruang belajar yang baik
dan pengaturan penempatan siswa di kelas, maka pembelajaran berjalan
dengan lancar dan tertib, demikian juga suasana kelas menjadi nyaman dan
siswa bisa mengikuti pembelajaran dengan on task, yang pada akhirnya
siswa bisa mencapai prestasi belajar yang optimal.
Kedua Membangun Kerjasama dengan Siswa dalam Pembelajaran. Membangun kerjasama dengan siswa, artinya dalam pembelajaran terjadi interaksi yang komunikatif atara guru dengan siswa. Upaya-upaya tersebut: (a) menjalin
hubungan baik dengan siswa melalui kegiatan pembelajaran maupun
kegiatan ekstrakurikuler, (b) berusaha menyampaikan materi dengan bahasa
yang mudah di pahami siswa, (c) menghubungkan materi pelajaran dengan
kehidupan sehari-hari, (d) menggunakan model pembelajaran yang
bervariasi. Dengan tategi ini suasana pembelajaran menjadi menyenangkan, sehingga siswa menjadi on task dalam pembelajaran.
Ketiga Pemberian Motivasi Terhadap Siswa, input siswa SMA Negeri Kepanjen, rata-rata tiap tahunnya tinggi, dan
secara umum motivasi belajar siswa tinggi pula, maka pemberian motivasi
belajar terhadap siswa diberikan dalam bentuk pemberian tugas dan
reward: (a) pemberian latihan- latihan soal UAN, (b) pemberian tugas
untuk praktek lapangan,(c) mengikut sertakan siswa dalam kegiatan
ilmiah, (d) selalu mengkomunikasikan hasil belajar siswa, (e) memberikan
penguatan/ reinforcement, (f) pembelajaran dengan menggunakan media,
(g) memberikan layanan khusus. Kenyataannya di SMA
Negeri 1 Kepanjen dengan pemberian motivasi dalam bentuk pemberian
tugas, maka siswa termotivasi untuk mencapai prestasi belajar yang
optimal.
Keempat Membangun Iklim Pembelajaran Yang Kondusif Dalam menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif di lingkungan SMA 1
Negeri
Kepanjen, strategi yang diterapkan adalah sebagai berikut: (a) petugas
tatib selalu mengantisipasi dengan berkeliling untuk mengontrol
tempat-tempat yang rawan (kamar mandi, kantin, tempat parkir belakang),
(b) mengadakan razia yang dilaksanakan oleh waka kesiswaan bekerjasama
dengan petugas tatib dan guru pembimbing (BK), (c) guru berusaha
memahami siswa dengan latar belakangnya, (d) guru berupaya menciptakan
suasana pembelajaran yang demokratis, (e) guru bersedia untuk membantu
siswa dalam memecahkan kesulitan belajar, dan (f) menciptakan kemudahan siswa dalam mempelajari materi pelajaran .
Kelima, Upaya dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa
Karakteristik SMA Negeri 1 Kepanjen adalah semua warganya mulai dari
kepala
sekolah, guru, karyawan dan siswanya memiliki budaya disiplin yang baik,
adapun upaya dalam meningkatkan disiplin siswa sebagai berikut: (a)
sekolah memiliki sistem pengendalian ketertiban yang dikelola dengan
baik, (b) adanya keteladanan disiplin dalam sikap dan prilaku mulai dari
pimpinan sekolah, guru dan karyawan, (c) mewajibkan siswa baru untuk mengikuti ekstrakurikuler Pramuka, (d) pada awal masuk sekolah guru bersama siswa membuat kesepakatan tentang aturan kelas, (e) memperkecil kesempatan siswa untuk ijin meninggalkan kelas, dan
(f) setiap upacara hari senin diumumkan frekuensi pelanggaran terendah.
Dengan strategi tersebut diatas kultur disiplin siswa bisa terpelihara
dengan baik, suasana lingkungan belajar aman dan terkendali sehingga
siswa bisa mencapai prestasi belajar yang optimal.
Keenam, Evaluasi Proses Belajar Mengajar, sebagai seorang manajer pembelajaran
di kelas, guru mengadakan evaluasi, baik terhadap hasil belajar siswa
maupun terhadap proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan perolehan
ulangan harian, ulangan semester, Ujian Akhir Sekolah, maupun Ujian
Akhir Nasional menunjukkan hasil yang memuaskan. Untuk tingkat
wilayah kabupaten Malang perolehan hasil ulangan semester, Ujian Akhir
Sekolah, Ujian Akhir Nasional posisi rangking 1,2 dan 3 diraih oleh SMA
Negeri 1 Kepanjen.
Keberhasilan
SMA Negeri 1 Kepanjen dalam meraih semua ini didukung oleh kinerja guru
yang bagus, input siswa tinggi, lingkungan pembelajaran yang kondusif,
para guru memiliki komitmen untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Didukung pula oleh peranan kepala sekolah yang mengaktifkan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran tingkat sekolah dan mengikut sertakan guru-guru dalam kegiatan Pendidikan dan Latihan yang mendukung tugasnya
serta menyediakan fasilitas pembelajaran yang menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Saran
Bagi Sekolah. 1) pelaksanaan pengelolaan pembelajaran dan pengelolaan kelas
yang dilakukan oleh guru – guru SMA Negeri 1 Kepanjen sudah berjalan
dengan baik, hendaknya ditindak lanjuti dengan supervisi kelas yang
dilakukan oleh kepala sekolah maupun instruktur mata pelajaran yang
serumpun, 2) untuk meningkatkan kompetensi profesional perlu ditindak
lanjuti dengan pengadaan DikLat tentang Quantum learning
dan Quantum teaching , 3) salah satu aspek pemberian motivasi belajar
siswa adalah tersedianya fasilitas dan media pembelajaran yang memadai
di SMA Negeri 1 Kepanjen, oleh karena itu sekolah perlu menyediakan
tenaga khusus untuk mengelola laboratorium beserta peralatannya sehingga
pada saat guru mengajar fasilitas dan media itu sudah tersedia dan siap
pakai, otomatis perawatan dan kebersihan media terpelihara, 4) upaya
dalam meningkatkan disiplin siswa di SMA Negeri Kepanjen perlu
dicontoh/dipelajari oleh SMA Negeri maupun swasta yang ada di wilayah
Kabupaten Malang, baik dalam sistemnya maupun pelaksanaanya. Namun akan
lebih kelihatan tertata apabila ruangan tatib diatur
sedemikian rupa, pelaksanaan tata tertib dan peraturan sekolah perlu
dikelola dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen, 5) dalam Penerimaan
Siswa Baru, SMA Negeri 1 Kepanjen sudah waktunya untuk mengembangkan
diri yaitu merekrut siswa melalui jalur prestasi akademis
maupun jalur prestasi non akademis, karena SMA Negeri 1 Kepanjen
dikalangan masyarakat sudah mendapat kepercayaan yang tinggi untuk
mendidik putra putrinya menjadi siswa yang berkualitas.
Untuk
Dinas Pendidikan, 1) memberikan sumbangan pemikiran dan masukan,
peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan manajemen kelas dalam
pembelajaran, 2) dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi,
hendaknya aspek prilaku dan kepribadian tetap menjadi kriteria kenaikan
kelas dan kriteria pelulusan , 3) SMA Negeri 1 Kepanjen ditinjau dari
komponen-komponen pendidikannya, input maupun para lulusannya memiliki
kualitas yang bagus oleh karena itu sudah sepantasnya kalau SMA Negeri 1
Kepanjen dijadikan Pilot Project Sekolah Unggulan.
Untuk
Peneliti Lain, dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian
ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan wawasan ilmu pengetahuan dan
sebagai bahan informasi serta referensi bagi peneliti selanjutnya yang
ingin meneliti kasus-kasus sejenis mengenai Strategi Pengelolaan Kelas
dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Amatembun, NA. 1989. Manajemen Kelas, Penuntun Bagi Guru dan Calon Guru. Bandung, FIP IKIP Bandung.
Cangelosi,
J.S. 1993. Classroom Management Strategies, Gaining and Maintaining
Student Cooperation. Second Edition, by Logman Publishing Group.
Cooper, J.M. 1977. Classroom Teaching Skills. A Handbook. Lexingtong: De Health and Coy.
Davies, I, K. Tanpa tahun. Pengelolaan Belajar. Terjemahan oleh Sudarsono & Lily. 1986. Jakarta: C.V. Rajawali.
Direktorat Dikmenum, 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Buku Konsep I dan Pelaksanaan MPMBS. Departemen Pendidikan Nasional.
Depdikbud Dikdasmen, 1997. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. 1998. Jakarta: Depdikbud.
Dimyati, M.,& Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hasibuan, J.J. 1988. Proses Belajar Mengajar Ketrampilan Dasar Pengajaran Mikro Bandung: Remadja Karya.
HM, Ahmad, R. 2004. Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Miles,
M.B. & Huberman.A.M. 1992. Qualitative Data Analysis: A Course Book
of New Methods. Beverly Hills: Sage Publications. Inc.
Spradley, J.P. 1980. Participant Observation Sydney, Holt, Rinehart and Winston.
Suryabrata ,S. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta: Fokusmedia.
Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang
Usman, M.U. 2003. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar di atas caranya
1. Masukkan Komentar anda di kolom komentar
2. Pada Kotak "Beri Komentar sebagai" pilih akun yang ada pada pilihan.
3. klik publikasikan.
5. isi code capta
6. tekan enter atau publikasikan.
Anda di perbolehkan berkomentar dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1. Komentar jangan mengandung SARA dan PORNO
2. Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan.
3. Tidak Boleh SPAM
4. Jangan meninggalkan Link aktif pada komentar. Komentar dengan Link Aktif akan dihapus.
5. Berkomentarlah sesuai dengan topik artikel