Datu' Museng dan Maipa Deapati
.... Panglima Perang Datu' Museng dan istri tercintanya Maipa Deapati,
turut serta dalam pelayaran menuju ketanah Makassar, untuk menunaikan
tugas mulia atas titah Sang Sultan Lombok. Setelah sekian hari
mengarungi lautan luas. Kemudian Panglima Perang Datu' Museng bersama
Maipa Deapati dan rombongan pengawalnya pun tiba dengan selamat ditanah
Makassar. Dan setibanya ditanah Makassar, Datu' Museng mendapatkan
tantangan lain karena Sang Kapten Belanda, justru jatuh cinta kepada
Maipa Deapati. Saat itu pula terjadi perseteruan dan pertengkaran yang
sungguh hebat kala itu. Akibatnya serangan penjajah Belanda dapat
dikalahkan oleh Datu' Museng beserta pengawalnya.
Ternyata berselang beberapa hari kemudian, pihak penjajah Belanda tidak tinggal diam, malah semakin gencar serangan yang dilakukannya terhadap Datu' Museng dengan berbagai cara yang ditempuh. Karena serangan tersebut pada akhirnya Datu' Museng dan para pengawalnya terdesak. Namun bagi diri Maipa Deapati, saking cintanya terhadap Datu' Museng maka harga mati baginya untuk menyerah dan lebih baik mati daripada hidup terjajah dinegeri sendiri. Lalu ia tidak mengijinkan seorang pun untuk mengambil jiwanya selain rangkulan Datu' Museng. Kemudian Maipa Deapati, berkeyakinan yang kukuh dan sikap yang teguh pendirian, bahwa takkan menyerahkan tubuhnya kepada Kapten Belanda sebagai penjajah.
Perkataan mulia Maipa Deapati, saat terbaring dipangkuang suaminya:
"Daengku Datu' Museng! Permata hatiku, takkan kugentar walau jiwaku melayang. Kebimbangan telah kucampakkan, sebab keyakinanku telah kupastikan. Perahu kematian siap kutumpangi, kemudi telah kukuh ditangan, telah kutetapkan haluan menyongsong tujuan pada kematian yang sungguh hangat dan sangat menyenangkan."
Dengan sangat berat hati untuk mengambil keputusan tersebut atas permintaan istrinya lalu Datu' Museng sungguh bersedih yang teramat mendalam, disertai air mata yang telah menetes dipipi Datu' Museng lalu air matanya pun menimpa pipi istri tercintanya, kemudian dengan ucapan lantang dan menggelegar 'Bismillahirrahmanirrahim, kemudian menikamkan Badik pusakanya kearah leher Sang Kekasihnya yang tercinta yakni Maipa Deapati. Saat itu pula ia menghembuskan nafas terakhir dan kepergiannya pun dalam keadaan tersenyum dipangkuan suaminya. Datu' Museng sembari berkata kutunggu kamu dipintu surga istriku karena kamu adalah belahan jiwaku.
Panglima Perang Datu' Museng, beranjak dari jasad istrinya dan kemudian menemui penjajah Belanda, untuk membiarkan tubuhnya ditembak setelah seluruh ilmu dan azimatnya dilepaskannya.
Kisah ini dikenang terus oleh masyarakat Makassar, sebagai kisah perjuangan dan percintaan yang sungguh sakral dan mulia hingga kini.
Semoga bermanfaat dan berkah dihadapan Para Saudara.
Terima kasih.
Sumber literasi:
anging mammiri.org
baruga2004.blogSpot
www.portal bugis.com
m.iyaa.com
Makassar Ku, Makassar Mu.
Hari Rabu Siang, 25 Februari 2015.
Jam 12 : 33 Wita.
Ternyata berselang beberapa hari kemudian, pihak penjajah Belanda tidak tinggal diam, malah semakin gencar serangan yang dilakukannya terhadap Datu' Museng dengan berbagai cara yang ditempuh. Karena serangan tersebut pada akhirnya Datu' Museng dan para pengawalnya terdesak. Namun bagi diri Maipa Deapati, saking cintanya terhadap Datu' Museng maka harga mati baginya untuk menyerah dan lebih baik mati daripada hidup terjajah dinegeri sendiri. Lalu ia tidak mengijinkan seorang pun untuk mengambil jiwanya selain rangkulan Datu' Museng. Kemudian Maipa Deapati, berkeyakinan yang kukuh dan sikap yang teguh pendirian, bahwa takkan menyerahkan tubuhnya kepada Kapten Belanda sebagai penjajah.
Perkataan mulia Maipa Deapati, saat terbaring dipangkuang suaminya:
"Daengku Datu' Museng! Permata hatiku, takkan kugentar walau jiwaku melayang. Kebimbangan telah kucampakkan, sebab keyakinanku telah kupastikan. Perahu kematian siap kutumpangi, kemudi telah kukuh ditangan, telah kutetapkan haluan menyongsong tujuan pada kematian yang sungguh hangat dan sangat menyenangkan."
Dengan sangat berat hati untuk mengambil keputusan tersebut atas permintaan istrinya lalu Datu' Museng sungguh bersedih yang teramat mendalam, disertai air mata yang telah menetes dipipi Datu' Museng lalu air matanya pun menimpa pipi istri tercintanya, kemudian dengan ucapan lantang dan menggelegar 'Bismillahirrahmanirrahim, kemudian menikamkan Badik pusakanya kearah leher Sang Kekasihnya yang tercinta yakni Maipa Deapati. Saat itu pula ia menghembuskan nafas terakhir dan kepergiannya pun dalam keadaan tersenyum dipangkuan suaminya. Datu' Museng sembari berkata kutunggu kamu dipintu surga istriku karena kamu adalah belahan jiwaku.
Panglima Perang Datu' Museng, beranjak dari jasad istrinya dan kemudian menemui penjajah Belanda, untuk membiarkan tubuhnya ditembak setelah seluruh ilmu dan azimatnya dilepaskannya.
Kisah ini dikenang terus oleh masyarakat Makassar, sebagai kisah perjuangan dan percintaan yang sungguh sakral dan mulia hingga kini.
Semoga bermanfaat dan berkah dihadapan Para Saudara.
Terima kasih.
Sumber literasi:
anging mammiri.org
baruga2004.blogSpot
www.portal bugis.com
m.iyaa.com
Makassar Ku, Makassar Mu.
Hari Rabu Siang, 25 Februari 2015.
Jam 12 : 33 Wita.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar di atas caranya
1. Masukkan Komentar anda di kolom komentar
2. Pada Kotak "Beri Komentar sebagai" pilih akun yang ada pada pilihan.
3. klik publikasikan.
5. isi code capta
6. tekan enter atau publikasikan.
Anda di perbolehkan berkomentar dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1. Komentar jangan mengandung SARA dan PORNO
2. Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan.
3. Tidak Boleh SPAM
4. Jangan meninggalkan Link aktif pada komentar. Komentar dengan Link Aktif akan dihapus.
5. Berkomentarlah sesuai dengan topik artikel