.... Sikap toleran antar Suku, Bangsa hingga Agama, sungguh terpelihara dengan baik. Meskipun perkembangan ajaran Agama Islam, dimasa itu perkembangannya terbilang cukup pesat dan menjadi utama diwilayah Butta Mangkasara' (baca: Tanah Makassar), bukan berarti pemeluk ajaran Agama Kristen dan kepercayaan lainnya tiada mendapati ruang untuk berdagang di Kota Makassar. Dalam hal ini menjadikan Kota Makassar sebagai Pusat Perniagaan, yang terbilang cukup penting bagi orang - orang Melayu, dengan peran kerjanya berdagang dikepulauan Maluku dan juga menjadikan markas yang sungguh penting bagi pedagang - pedagang dari daratan Eropa dan semenanjung Arab. Semua keistimewaan ini tidak terlepas dari sisi kebijaksanaan Raja Gowa - Tallo, yang memerintah dikala itu.
Raja Kesultanan Gowa, yang bernama:
I Mangari Daeng Manrabbia, Sultan Alauddin Tuminanga ri Gaukanna. Raja ke XIV, yang memerintah pada tahun 1593 - 1639. Dikenal dengan nama: Sultan Alauddin.
Raja Kesultanan Tallo, yang bernama :
I Malingkaang Daeng Mannyonri' Karaeng Matoayya, Sultan Abdullah Awalul Islam. Raja ke VI, yang memerintah pada tahun 1575 - 1645. Dikenal dengan nama: Sultan Abdullah Awalul Islam.
Sebagai pengontrol penguasa Makassar, dimasanya kedua Sultan tersebut. Seiring semakin kuatnya pengaruh VOC (Vereenigde Ostindische Compagnie) Belanda diwilayah Bandar Makassar dan menguatnya pengaruh politik monopoli perdagangan rempah - rempah yang diterapkan Belanda melalui VOC. Pada tahun 1669, pihak Belanda bersama dengan La Tenri Tatta Arung Palakka dan beberapa kerajaan sekutu Belanda, melakukan penyerangan terhadap Kerajaan Kesultanan Gowa - Tallo, yang mereka anggap sebagai penghalang terbesar untuk menguasai rempah - rempah di Nusantara. Setelah berperang habis - habisan untuk mempertahankan Kerajaan Kesultanan Gowa - Tallo, melawan beberapa koalisi kerajaan yang dipimpin oleh Belanda, akhirnya Kerajaan Kesultanan Gowa - Tallo, terdesak dan dengan terpaksa menandatangani PERJANJIAN BONGAYYA.
Bersambung.......
Makassar Ku, Makassar Mu.
Hari Sabtu Sore, 28 Februari 2015.
Jam 16 : 44 Wita.
I Mangari Daeng Manrabbia, Sultan Alauddin Tuminanga ri Gaukanna. Raja ke XIV, yang memerintah pada tahun 1593 - 1639. Dikenal dengan nama: Sultan Alauddin.
Raja Kesultanan Tallo, yang bernama :
I Malingkaang Daeng Mannyonri' Karaeng Matoayya, Sultan Abdullah Awalul Islam. Raja ke VI, yang memerintah pada tahun 1575 - 1645. Dikenal dengan nama: Sultan Abdullah Awalul Islam.
Sebagai pengontrol penguasa Makassar, dimasanya kedua Sultan tersebut. Seiring semakin kuatnya pengaruh VOC (Vereenigde Ostindische Compagnie) Belanda diwilayah Bandar Makassar dan menguatnya pengaruh politik monopoli perdagangan rempah - rempah yang diterapkan Belanda melalui VOC. Pada tahun 1669, pihak Belanda bersama dengan La Tenri Tatta Arung Palakka dan beberapa kerajaan sekutu Belanda, melakukan penyerangan terhadap Kerajaan Kesultanan Gowa - Tallo, yang mereka anggap sebagai penghalang terbesar untuk menguasai rempah - rempah di Nusantara. Setelah berperang habis - habisan untuk mempertahankan Kerajaan Kesultanan Gowa - Tallo, melawan beberapa koalisi kerajaan yang dipimpin oleh Belanda, akhirnya Kerajaan Kesultanan Gowa - Tallo, terdesak dan dengan terpaksa menandatangani PERJANJIAN BONGAYYA.
Bersambung.......
Makassar Ku, Makassar Mu.
Hari Sabtu Sore, 28 Februari 2015.
Jam 16 : 44 Wita.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar di atas caranya
1. Masukkan Komentar anda di kolom komentar
2. Pada Kotak "Beri Komentar sebagai" pilih akun yang ada pada pilihan.
3. klik publikasikan.
5. isi code capta
6. tekan enter atau publikasikan.
Anda di perbolehkan berkomentar dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1. Komentar jangan mengandung SARA dan PORNO
2. Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan.
3. Tidak Boleh SPAM
4. Jangan meninggalkan Link aktif pada komentar. Komentar dengan Link Aktif akan dihapus.
5. Berkomentarlah sesuai dengan topik artikel