Home » » Patorani

Patorani

Written By Unknown on Senin, 02 Maret 2015 | 16.06


.... Ritual Patorani digelar pada kawasan Pantai Galesong, Kabupaten Takalar, Propinsi Sulawesi Selatan.
Dikawasan Pantai Galesong, para nelayan pencari telur ikan terbang (Bahasa lokal: Paboya bayao juku' tuing - tuing) banyak bermukim dan sangat mudah ditemui.
Ritual Patorani, merupakan cerminan keyakinan yang telah terwariskan turun - temurun. Pada setiap awal pelayarannya, untuk berburu telur ikan terbang maka para Patorani, melaksanakan tradisi leluhur, beberapa tahapan yaitu:
Accini Allo
(Menentukan Hari/ Waktu)
Bermusyawarah dengan para Tokoh Adat dan para Patorani, dalam rangka menentukan waktu yang tepat sebelum melaut. Pada prosesi ini para Nakhoda Kapal (Punggawa), bermusyawarah dengan para Kru Kapal (Sawi) yang dituntun oleh Sesepuh Adat (Pinati).
Annisi'
(Mempersiapkan Alat Tangkap)
Para Patorani Galesong, selanjutnya menarik kapal kelaut (Abbeso' Biseang) untuk mempersiapkan segala peralatan penangkap ikan terbang selama sepekan lamanya.
Apparada
(Pengecatan Kapal)
Mengecat kapal agar terlihat lebih terang dan lebih bersih, yang merupakan bagian ritual berikutnya. Ritual pengecatan kapal disebut dengan kalimat Apparada. Prosesi Apparada, diikuti dengan pengambilan dan menyiapkan daun kelapa (Angngalle Leko' Kaluku) lalu daun - daun kelapa tersebut akan digunakan sebagai pembungkus ikan - ikan terbang (Juku' Tuing - Tuing) yang telah didapatkan. Mengisi kapal dengan perbekalan (Appanai' Pakkajang).
Appanaung Rije'ne
(Melarung Sesajen)
Ritual inti dari prosesi secara keseluruhan adat Patorani yaitu melarung sesajen (Appanaung Rije'ne) yang diikuti nyanyian lagu daerah Makassar, sembari mendorong kapal - kapal nelayan para Patorani, menuju ketengah laut lepas.
Appassili
(Berdo'a Bersama)
Setelah prosesi melarung sesajen dilaksanakan telah usai, maka keseluruhan ritual ini selanjutnya dilepas (A'lappasa') atau pelepasan para nelayan Patorani, oleh keluarga dan kerabat dengan lambaian tangan yang diiringi dengan do'a, semangat dan harapan yang diperuntukkan bagi para nelayan Patorani, agar memperoleh keberkahan dan keselamatan dari Allah Subhanahu Wa Ta'alaah.
Sejarah Singkat Penamaan PATORANI.
Konon Para Tubaraniyya (Para Satria Pemberani) dari Kerajaan Galesong, yang pertama kali menyaksikan kerumunan ikan bersayap dan terbang. Terbangnya pun puluhan hingga ratusan meter diatas permukaan air laut lepas.
Tubaraniyya adalah laskar pemberani utusan Kerajaan Galesong, yang diperintahkan oleh Karaeng Galesong, untuk bertempur melawan Belanda, sebagai bentuk bantuan bagi Kerajaan Sultan Terunojoyo, di Daerah Tuban, Pulau Jawa Timur. Namun laskar yang dipimpin oleh Karaeng Galesong, mengalami kekalahan dan sebagian laskarnya gugur dimedan pertempuran.
Ketika sebagian laskar Tubaraniyya yang masih hidup, beranjak pulang ke Pulau Sulawesi Selatan, ditengah perjalanan laut dengan secara keajaiban alam kapal para laskar Tubaraniyya, dikelilingi oleh ribuan ikan - ikan bersayap dan terbang dipermukaan air laut. Mereka pun mencari cara agar dapat menangkap ikan - ikan bersayap dan terbang tersebut dalam jumlah sebanyak - banyaknya. Sesampainya kembali dengan selamat ditanah Kerajaan Galesong, para Tubaraniyya, mengabarkan kejadian yang dialaminya kepada Sesepuh Kerajaan Galesong.
Hasil pertemuan tersebut! Maka bersepakat untuk membuat alat tangkap ikan bersayap dan terbang. Adapun bahan baku alat tangkap tersebut adalah berbahan batangan bambu dan dilengkapi oleh jaring khusus. Alat penangkap ikan bersayap dan terbang ini dinamakan ~ Pakkaja ~ kemampuan membuat Pakkaja pun banyak ditiru oleh warga masyarakat Galesong, namun hanya para keturunan Tubaraniyya - lah, yang mampu memperoleh ikan - ikan bersayap dan terbang dalam jumlah besar. Karena para penangkap ikan bersayap dan terbang hingga kini disebut P A T O R A N I , yang rujukannya pada kalimat Tobarani.
Dikekinian Para Patorani, yang jumlahnya semakin banyak dikawasan Tanah Galesong, rela berlayar jauh dari kampung halamannya demi memperoleh telur - telur ikan bersayap dan terbang, yang berkualitas dan berharga jual tinggi. Namun tetap mempergunakan cara - cara dan penangkapan serta peralatan yang berkearifan lokal (Tradisionil) sebagai warisan leluhur mereka.
Makassar Ku, Makassar Mu.
Anging Mammiri' Kupasang,-
Pitujui Tontonganna, Tusarroa Takkaluppa.
Daku berpesan kepada angin semilir,-
Bahwa berhembuslah kejendelanya, Kepada seseorang yang selalu terpatri dihati ini, Namun "dia" sering lupa akan kerinduan diantara kami.
 
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar di atas caranya
1. Masukkan Komentar anda di kolom komentar
2. Pada Kotak "Beri Komentar sebagai" pilih akun yang ada pada pilihan.
3. klik publikasikan.
5. isi code capta
6. tekan enter atau publikasikan.

Anda di perbolehkan berkomentar dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1. Komentar jangan mengandung SARA dan PORNO
2. Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan.
3. Tidak Boleh SPAM
4. Jangan meninggalkan Link aktif pada komentar. Komentar dengan Link Aktif akan dihapus.
5. Berkomentarlah sesuai dengan topik artikel

 
Support : Amalkan Ilmu Berbagi Untuk Semua | Blog SEO Arul
Copyright © 2013. Amriani Hamzah Dara Daeng Makassar - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger