Tugas Individu
KONSEP DASAR INOVASI PENDIDIKAN
Konsep inovasi
pendidikan
Pengertian Inovasi
Inovasi kadang-kadang dipakai
untuk menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu hasil penemuan. Kata
penemuan juga sering digunakan untuk menterjemahkan kata dari bahasa Inggris
“discovery” dan “invention”. Ada juga yang mengaitkan antara pengertian inovasi
dan modernisasi, karena keduanya membicarakan usaha pembaharuan.
“Discovery”, “invention”,
dan “innovation” dapat diartikan dalam bahasa Indonesia ”penemuan”, maksudnya
ketiga kata tersebut mengandung arti ditemukannya sesuatu yang baru, baik
sebenarnya barangnya itu sendiri sudah ada lama kemudian baru diketahui atau
memang benar-benar baru dalam arti sebelumnya tidak ada.
Diskoveri (discovery)
adalah penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu
sendiri sudah ada, tetapi belum diketahui orang.
Invensi (invention) adalah
penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi manusia. Benda
atau hal yang ditemui itu benar-benar sebelumnya belum ada, kemudian diadakan
dengan hasil kreasi baru.
Inovasi (innovation) ialah
suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu
hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu
berupa hasil invention maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan
tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Pengertian Inovasi Pendidikan
Pendidikan kita dewasa ini
menghadapi berbagai tantangan dan persoalan, diantaranya :
Bertambahnya jumlah
penduduk yang sangat cepat dan sekaligus bertambahnya keinginan masyarakat
untuk mendapatkan pendidikan, yang secara kumulatif menuntut tersedianya sarana
pendidikan yang memadai.
Berkembangnya ilmu
pengetahuan yang modern menghendaki dasar-dasar pendidikan yang kokoh dan
penguasaan kemampuan terus-menerus, dan dengan demikian menuntut pendidikan
yang lama sesuai dengan konsep pendidikan seumur hidup (life long education).
Berkembangnya teknologi
yang mempermudah manusia dalam menguasai dan memanfaatkan alam dan lingkungan,
tetapi yang sering kali ditangani sebagai suatu ancaman terhadap kelestarian
peranan manusiawi.
Tantangan-tantangan
tersebut, lebih berat lagi dirasakan karena berbagai persoalan datang, baik
dari luar maupun dari dalam sistem pendidikan itu sendiri, di antaranya :
Sumber-sumber yang makin
terbatas dan belum dimanfaatkan sumber yang ada secara efektif dan efisien.
Sistem pendidikan yang masih lemah dengan
tujuan yang masih kabur, kurikulumnya belum serasi, relevan, suasana belum
menarik dan sebagainya.
Pengelolaan pendidikan
yang belum mekar dan mantap, serta belum peka terhadap perubahan dan tuntutan
keadaan, baik masa kini maupun masa yang akan datang.
Masih kabur dan belum
mantapnya konsepsi tentang pendidikan dan interprestasinya dalam praktik.
Keseluruhan tantangan dan
persoalan tersebut memerlukan pemikiran kembali yang mendalam dan pendekatan
baru yang progresif. Gagasan baru sebagai hasil pemikiran kembali haruslah
mampu memecahkan persoalan yang tidak terpecahkan hanya dengan cara yang
tradisional atau komersial. Gagasan dan pendekatan baru yang memenuhi ketentuan
inilah yang dinamakan inovasi pendidikan.
Inovasi pendidikan adalah
suatu perubahan yang baru, dan kualitatif berbeda dari hal (yang ada
sebelumnya), serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam
pendidikan.
Pendidikan adalah suatu
sistem, maka inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan
komponen sistem pendidikan, baik sistem dari arti sekolah, perguruan tinggi
atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem dalam arti yang luas misalnya
sistem pendidikan nasioanal. Mattew B. Miller menjelaskan pengertian inovasi
pendidikan sebagai berikut. ”To give more
concreteness the universe called “educational innovations” some samples are
described bellow. They are organized according to the aspect of a social system
which they appear to be most clearly associated. In most cases social system
involved shoeld be taken to be that of a school or cell although some
innovations take place within the context of many larger systems.”
Inovasi dan Modernisasi
Istilah (term) “modern”
mempunyai berbagai macam arti dan juga mengandung berbagai macam tambahan arti
(connotations). Istilah modern ini
digunakan tidak hanya untuk orang-orang tetapi juga untuk bangsa, sistem
politik, ekonomi lembaga seperti rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi,
perumahan, pakaian, serta barbagai macam kebiasaan. Jadi, “modern” dari satu
segi dapat diartikan sesuatu yang baru dalam arti lebih maju atau lebih baik
daripada yang sudah ada. Baik dalam arti lebih memberikan kesejahteraan atau
kesenangan bagi kehidupan.
Eissentadt (dalam M.
Francais Abraham, 1980:4) menjelaskan bahwa menurut sejarahnya modernisasi
adalah proses perubahan sistem sosial, ekonomi dan politik yang telah
berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara dari abad ke-17 sampai abad ke-19,
dan kemudian telah berkembang pula barbagai Negara di Eropa. Dalam abad
ke-19bdan ke-20 berkembang pula ke Ameriak Selatan, Asia, dan Afrika.
Modernisasi adalah suatu
proses perubahan sosial dari masyarakat tradisional (yang belum modern) ke
masyarakat yang lebih maju (masyarakat industry yang sudah modern). Di antara
tanda-tanda masyarakat yang sudah maju (modern) ialah bidang ekonomi trelah
makmur, bidang politik sudah stabil, dan terpenuhi pelayanan kebutuhan
pendidikan dan kesehatan.
Perbedaan rumusan defenisi
modernisasi antara para ahli tersebut hanya perbedaan penekanan. Ada yang
menekankan pada perubahan sosial secara menyeluruh yang mengartikan modernisasi
sebagai proses perubahan kehidupan masyarakat. Ada juga yang menekankan pada
perubahan pribadi (individu), artinya perubahan individu dari gaya atau pola
hidup tradisional ke gaya atau pola hidup modern. Perubahan sikap, sifat atau
gaya hidup individu terjadi sebagai akibat terjadinya perubahan kehidupan
masyarakat yakni dari masyarakat tradisional ke masyarakat yang sudah maju
(industry).
Inovasi dan modernisasi
keduanya merupakan perubahan sosial, perbedaannya hanya pada penekanan cirri
dari perubahan itu. Inovasi menekankan pada cirri adanya sesuatu yang diamati
sebagai sesuatu yang baru bagi individu atau masyarakat sedangkan modernisasi
menekankan pada adanya proses perubahan dari tradisional ke modern, atau dari
yang belum maju ke yang sudah maju. Jadi dapat disimpulkan bahwa diterimanya
suatu inovasi sebagai tanda adanya modernisasi.
Karakteristik Inovasi Pendidikan
Cepat lambatnya penerimaan
inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu
sendiri. Everett M. Rogers (1993:14-16) mengemukakan karakteristik inovasi yang
dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut:
Keuntungan relative yaitu
sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya.
Kompatibel (compatibility) ialah tingkat kesesuaian
inovasi dengan nilai (values),
pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan
nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secapat
inovasi yang sesuai dengan norma norma yang ada.
Kompleksitas (complexity) ialah tingkat kesukaran
untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah
dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan
inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat
proses penyebarannya.
Trialabilitas (trialability) ialah dapat dicoba atau
tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Suatu inovasi yang dicoba akan cepat
diterima masyarakat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu.
Dapat diamati (observability) ialah mudah tidaknya
diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan
cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati
hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.
Zaltman, Duncan, dan
Holbek mengemukakan bahwa cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh
atribut sendiri. Suatu inovasi dapat merupakan kombinasi dari berbagai macam
atribut (Zaltman, 1973:32-50). Dengan
berbagai macam atribut inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan
suatu inovasi. Dengan memahami atribut tersebut para pendidik dapat
menganalisis inovasi pendidikan yang sedang disebarluaskan, sehingga dapat
memanfaatkan hasil analisisnya untuk membantu mempercepat proses penerimaan
inovasi.
PROSES INOVASI PENDIDIKAN
Difusi Dan
Desiminasi Inovasi
Pengertian Difusi dan Diseminasi
Difusi
ialah suatu proses komunikasi inovasi antara warga masyarakat (anggota sistem
sosial), dengan menggunakan saluran tertentu. Dengan adanya komunikasi, akan
terjadi kesamaan pendapat antar warga masyarakat tentang inovasi.
Deseminasi
adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelolah.
Jadi kalau difusi terjadi secara spontan, maka diseminasi dengan perencanaan.
Elemen Difusi Inovasi
Roger mengemukakan ada 4
elemen poko difusi inovasi, yaitu :
Inovasi
Adalah suatu ide, barang,
kejadian, motode yang diamati sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau
sekelompok orang, baik berupa hasil invensi atau diskoveri yang diadakan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Komunikasi dan slaluran
tertentu
Komunikasi dalam difusi diartikan
sebagai proses pertukaran informasi antara anggota sistem sosial, sehingga
terjadi saling pengertian antara satu dengan yang lain. Difusi adalah salah
satu type komunikasi yang menggunakan hal yang baru sebagai bahan informasi.
Saluran komunikasi merupakan alat untuk menyampaikan informasi dari seorang ke
orang lain. Kondisi kedua pihak yang berkomunikasi akan mempengaruhi pemilihan
atau penggunaan saluran yang tepat untuk mengefektifkan proses komunikasi.
Waktu
Waktu adalah elemen yang
paling penting dalam proses difusi kerena waktu merupakan aspek utama dalam
proses komunikasi. Tetapi banyak peneliti komunikasi yang kurang memperhatikan
aspek waktu, dengan bukti tidak menunjukkan secara eksplisit variable waktu.
Peranan dimensi wakt dalam
proses difusi terdapat pada tiga hal sebagai berikut : (a) proses keputusan
inovasi, (b) kepekaan seseorang terhadap inovasi, dan (c) kecepatan penerimaan
inovasi.
PROSES KEPUTUSAN INOVASI
Proses keputusan inovasi
adalah proses yang dilalui individu (unit pengambil keputusan yang lain), mulai
dari pertama tahu adanya inovasi , kemudian dilanjutkan dengan keputusan setuju
terhadap inovasi, penetapan keputusan menerima atau menolak inovasi,
implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah
diambilnya.
Proses keputusan inovasi bukan kegiatan yang dapat berlangsung seketika,
tetapi merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu
tertentu, sehingga individu atau organisasi dapat menilai gagasan yang baru itu
sebagai bahan pertimbangan untuk selanjutnya akan menolak atau menerima inovasi
dan menerapkannya.
Model proses keputusan inovasi terdiri dari 5 tahap yaitu: tahap
pengetahuan, tahap bujukan, tahap keputusan, tahap implementasi, dan tahap
konfirmasi.
Inovasi dapat diterima atau ditolak oleh seseorang (individu) sebagai
anggota sistem sosial, atau oleh keseluruhan anggota sistem sosial , yang
menentukan untuk menerima inovasi berdasarkan keputusan bersama atau
berdasarkan paksaan (kekuasaan). Dengan dasar kenyataan tersebut maka dapat
dibedakan adanya beberapa tipe keputusan inovasi yaitu: (1) keputusan inovasi
opsional, (2) keputusan inovasi kolektif, (3) keputusan inovasi otoritas, (4)
keputusan inovasi kontigensi.
PROSES INOVASI
PENDIDIKAN
Pengertian Proses Inovasi Pendidikan
Proses inovasi pendidikan
adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individu atau organisasi,
mulai sadar tahu adanya inovasi sampai menerapkan (impelementasi) inovasi
pendidikan. Kata proses mengandung arti bahwa aktivitas itu dilakukan dengan
memakan waktu dan setiap saat tertentu terjadi perubahan.
Beberapa Model Proses Inovasi Pendidikan
Dalam mempelajari proses
inovasi para ahli mencoba mengidentifikasi kegiatan apa saja yang dilakukan
individu selama proses itu berlangsung serta perubahan apa yang terjadi dalam
proses inovasi, maka hasilnya diketemukan pentahapan proses inovasi sebagai
berikut :
Beberapa model Proses
Inovasi Yang berorientasi pada Individual, antara lain :
Lavidge & Steiner
(1961)
Menyadari
Mengetahui
Menyukai
Memilih
Mempercayai
Membeli
Colley (1961)
Belum menyadari
Menyadari
Memahami
Mempercayai
Mengambil Tindakan
Rogers (1962)
Menyadari
Menaruh Perhatian
Menilai
Mencoba
Menerima (Adoption)
Robertson (1971)
Pengetahuan
Persuasi
(Sikap)
Keputusan
Menerima Menolak
Konfirmasi
Rogers dan Shoemakers
(1971)
Menyadari
Informasi
Evaluasi Menolak Simbolik
Menerima
Simbolik
Mencoba Percobaan
Ditolak
Percobaan Diterima
Menggunakan
Zaltman & Brooker
(1971)
Persepsi
Memotivasi
Menyikapi
Legitimasi
Mencoba
Evaluasi
Menolak Menerima
Resolusi
Beberapa Model Proses
Inovasi yang Berorientasi pada Organisasi, antara lain :
Milo (1971) :
Konseptualisasi
Tentatif Adopsi
Penerimaan Sumber
Implementasi
Institusionalisasi
Shepard (1967)
Penemuan Ide
Adopsi
Implementasi
Hage & Aiken (1970)
Evaluasi
Inisiasi
Implementasi
Routinisasi
Wilson (1966)
Konsepsi Perubahan
Pengusulan Perubahan
Adopsi dan Implementasi
Rogers (1983)
Tahap – Tahap
Proses Inovasi
|
Kegiatan pokok pada tiap
tahap
Proses inovasi
|
Inisiasi (Permulaan)
Agenda Setting
Penyesuaian (Matching)
Keputusan untuk ---------
Menerima inovasi ---------
Implementasi
Re-definisi /
Re-strukturisasi
Klarifikasi
Rutinisasi
|
Kegiatan pengumpulan
informasi, konseptualisasi, dan perencanaan untuk menerima inovasi, semuanya
diarahkan untuk membuat keputusan menerima inovasi
Semua permasalahan umum
organisasi dirumuskan guna menentukan kebutuhan inovasi, dan diadakan studi
lingkungan untuk menentukan nilai potensial inovasi bagi organisasi
Diadakan penyesuaian
antara masalah organisasi dengan inovasi yang akan digunakan, kemudian
direncanakan dan dibuat desain penerapan inovasi yang sudah sesuai dengan
masalah yang dihadapi
Semua kejadian,
kegiatan, dan keputusan dilibatkan dalam penggunaan inovasi
Inovasi dimodifikasi dan
re-invensi disesuaikan situasi dan masalah organisasi
Struktur organisasi
disesuaikan dengan inovasi yang telah dimodifikasi agar dapat menunjang
inovasi
Hubungan antara inovasi
dan organisasi dirumuskan dengan sejelas – jelasnya sehingga inovasi benar –
benar dapat diterapkan sesuai yang diharapkan.
Inovasi kemungkinan
telah kehilangan sebagian identitasnya, dan menjadi bagian dari kegiatan
rutin organisasi.
|
Zaltman, Duncan &
Holbek (1973)
Tahap Permulaan
Langkah pengetahuan dan
kesadaran
Langkah pembentukan sikap
terhadap inovasi
Tahap Implementasi
Langkah awal implementasi
Langkah kelanjutan
pembinaan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Inovasi Pendidikan
Lembaga pendidikan
formalseperti sekolah adalah suatu sub sisetm dari sistem sosial. Jika terjadi
perubahan dalam sistem sosial, maka lembaga pendidikan formal tersebut juga
akan mengalami perubahan maka hasilnyaakan berpengaruh terhadap sistem sosial.
Oleh karena itu suatu lembaga pendidikan mempunyai beban yang ganda yaitu
melestarikan nilai-nilai budaya tradisional dan juga mempersiapkan generasi
muda agar dapat menyiapkan diri menghadapi tantangan kemajuan jaman.
Motivasi yang mendorong
perlunya diadakan inovasi pendidikan jika dilacak biasanya bersumber pada dua
hal yaitu:
Kemauan sekolah untuk
mengadakan respon terhadap tantangan kebutuhan masyarakat
Adanya usaha untuk
menggunakan sekolah untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat
Antara lembaga pendidikan
dengan sistem sosial terjadi hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Agar
kita dapat memahami tentang perlunya perubahan pendidikan atau kebutuhan adanya
inovasi pendidikan dapat kita gali dari tiga hal yang sangat besar pengaruhnya
terhadap kegiatan disekolah, yaitu:
Faktor Kegiatan Belajar
Mengajar
Yang menjadi kunci
keberhasilan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar ialah kemampuan guru
sebgai tenaga professional. Guru sebagai tenaga yang telah dipandang memiliki
keahlian tertentu dalam bidang pendidikan, diserahi tugas dan wewenang untuk
mengelola kegiatan belajar agar dapat mencapai tujuan tertentu, yaitu
terjadinya perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional dan tujuan instutisional yang telah dirumuskan.
Sebagai alasan mengapa
orang memandang tugas guru dalam mengajar mengandung banyak kelemahan tersebut,
antara lain dikemukakan bahwa :
Keberhasilan tugas dalam
mengelola kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh hubungan
interpersonal antar guru dan siswa
Kegiatan belajar mengajar
di kelas merupakn kegiatan yang terisolasi. Pada waktu guru mengajar dia tidak
mendapatkan balikan dari teman sejawatnya.
Berkaitan dengan kenyataan
di atas tersebut, maka sangat minimal bantuan teman sejawat untuk memberikan
bantuan saran dan kritik guna peningkatan kemampuan profesionalnya
Belum ada criteria yang
baku tentang bagaimana pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Dalam melaksanakan tugas
mengelola kegiatan belajar mengajar, guu menghadapi sejumlah siswa yang berbeda
satu dengan yang lain baik mengenal kondisi fisik, mental, intelektual, minat,
dan latar belakang sosial ekonominya.
Berdasarkan data adanya
perbedaan individual siswa, tentunya lebih tepat jika pengelolaan kegiatan
belajar mengajar dilakukan dengan cara yang sangat fleksibel, tetapi
kenyataannya justru dituntut untuk mencapai perubahan tingkah laku yang sama
sesuai dengan ketentuan yang telah dirumuskan
Guru juga menghadapi
tantangan dalam usaha untuk meningkatka kemampuan profesionalnya, yaitu tanpa
adanya keseimbangan antara kemmapuan dan wewenang menagtur baban tugas yang
harus dilakukan.
Guru dalam melaksanakan
tugas mengelola kegiatan belajar mengalami kesulitan untuk menentukan pilihan
mana yang diutamakan karena adanya berbagai macam tuntutan.
Faktor Internal dan
Eksternal
Faktor internal yang
mempengaruhi pelaksaan sistem pendidikan dan dengan sendirinya juga inovasi
pendidikan ialah siswa. Siswa sangat besar pengaruhnya terhadap proses inovasi
karena tujuan pendidikan untuk mencapai perubahan tingkah laku siswa. Jadi
siswa sebagai pusat perhatian dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan
berbagai macam kebijakan pendidikan.
Faktor eksternal yang
mempunyai pengaruh dalam proses inovasi pendidikan ialah orang tua. Orag tua
murid ikut mempunyai peranan dalam menunjang kelancaran proses inovasi
pendidikan, baik ia sebagai penunjang secara moral membantu sesuia dengan yang
diharapkan sekolah, maupun sebagai penunjang pengadaan dana.
Sistem Pendidikan
(Pengelolaan dan Pengawasan)
Dalam penyelenggaran
pendidikan disekolah diatur dengan aturan yang dibuat pemerintah. Penanggung
jawab sistem pendidikan di Indonesia adal Departemen Pendidikan Nasioanl yang
mengatur seluruh sistem berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
STRATEGI INOVASI PENDIDIKAN
STRATEGI DALAM INOVASI PENDIDIKAN
Salah satu faktor yang ikut menentukan efektivitas pelaksanaan program
perubahan sosial adalah ketepatan penggunaan strategi, tetapi milih strategi
yang tepat bukan pekerjaan yang mudah.
Biasanya sukar menentukan bahwa suatu strategi tertentu ada pendidikan,
bujukan fasilitas, atau paksaan (power), karena pada kenyataannya tidak ada
batasan yang jelas untuk membeda-bedakn strategi tersebut. Misalnya strategi
fasilitatif mungkin juga digunakan dalam strategi pendidikan atau mungkin juga
digunakan dalam strategi bujukan. Namun demikian jika pelaksanaan program
perubahan sosial memahami berbagai macam strategi, akan dapat memilih dan
menentukan strategi mana yang akan diutamakan untuk mencapai suatu tujuan
perubahan sosial tertentu, walaupun sebenarnya ia akan mengkombinasikan
berbagai macam strategi.
Ada empat macam strategi inovasi
pendidikan, yaitu :
Strategi fasilitatif (facilitative
strategies)
Pelaksanaan program
perubahan sosial dengan menggunakan strategi fasilitatif artinya untuk mencapai
tujuan perubahan sosial yang telah ditentukan, diutamakan penyediaan fasilitas
dengan maksud agar program perubahan sosial akan berjalan dengan mudah dan
lancar
Strategi pendidikan (re-eductive
strategies)
Perubahan sosial
didefenisikan sebagai pendidikan atau pengajaran kembali (re-education)
(Zaltman, Duncan, 1977:111).
Strategi bujukan (persuasive
strategies)
Program perubahan sosial
dengan menggunakan strategi bujukan, artinya untuk mencapai tujuan perubahan
sosial dengan cara membujuk (merayu) agar sasaran (klien), mau mengikuti
perubahan sosial yang direncanakan.
Strategi paksaan (power
strategies).
Pelaksanaan program
perubahan sosial dengan menggunakan strategi paksanaan, artinya dengan cara
memaksa klien (sasaran perubahan) untuk mencapai tujuan perubahan.
Dalam pelaksanaan program perubahan sosial sering juga dipakai kombinasi
antara berbagai macam strategi, disesuaikan dangan tahap pelaksanaan program
serta kondisi dan situasi klien pada berlangsungnya proses pengambilan keputusan
untuk menerima atau menolak perubahan sosial.
INOVASI KURIKULUM
IX. INOVASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
Munculnya inovasi dilatarbelakangi oleh tantangan
untuk menjawab masalah-masalah krusial dalam pendidikan. Masalah-masalah
inovasi kurikulum mencakup ri kurikulum dan inovasi proses kurikulumaspek
inovasi dalam struktur kurikulum, mate. Inovasi kurikulum, tergantung pada
dinamika masyarakatsehingga perubahan di masyarakat memiliki implikasi
perubahan dalam pendidikan. Perubahan dalam pendidikan merupakan hal yang harus
dilakukan bahkan mempertahankan inovasi pendidikan yang tidak populer sesuai
akan merugikan anak didik juga struktur kurikulum. Dengan mengacu pada
prinsip-prinsip pendidikan, maka inovasi kurikulum yang relevan adalah
kurikulum berbasis kompetensi.
Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kompetensi merupakan
kemampuan mengerjakan sesuatu yang berbeda dengan sekedar mengetahui sesuatu.
Kompetensi dapat berupa pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
merefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Kurikulum berbasis
kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan
hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar
danpemberdayaan sumber daya pendidikan dan mengembangkan sekolah (Depdiknas,
2002).
Rumusan lain tentang
kompetensimenurut McAshan (1981) adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki seseorang yang telah menjadi bagian
dari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif, dan psikomotornya.
Kompetensi itu, pada hakikatnya merupakan perpaduan dari pengetahuan,
keterampilan, nilai, sikap yang direfleksikan dalam bentuk kebiasaan berfikir
dan bertindak.
Gordon (1988) menyarankan
beberapa aspek yang harus terkandung dalam kompetensi sebagai berikut :
Pengetahuan (knowledge),
yaitu pengetahuan untuk melakukan proses berfikir.
Pemahaman (understanding),
yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki individu.
Keterampilan (skill),
yaitu sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas yang dibebankan.
Nilai (value) adalah suatu
standar perilaku yang telah diyakini sehingga akan mewarnai dalam segala
tindakannya.
Sikap (attitude), yaitu
perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsang yang datang dari luar, perasaan
senang atau tidak senang terhadap sesuatu masalah.
Minat (interest) yaitu
kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan untuk
mempelajari materi pelajaran.
Wina Sanjaya(2005)
memberikan apresiasi terdapat 4 kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa
sesuai dengan tuntutan KBK, yaitu :
Kompetensi akademik, yaitu
peserta didik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi
tantangan dan persoalan hidup.
Kompetensi okupasional,
artinya peserta didik harus memiliki kesiapan dan mampu beradaptasi terhadap
dunia kerja.
Kompetensi kultural,
artinya peserta didik harus mampu menempatkan diri sebaik-baiknya dalam sistem
budaya dan tata nilai masyarakat.
Kompetensi temporal, yaitu
peserta didik tetap eksis dalam menjalani kehidupannya sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman.
Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi
Sasaran KBK pada
penguasaan kompetensi dalam bidang-bidang praktis terutama pekerjaan keahlian
baik kompetensi teknis, vokasional maupun profesional. Suatu bidang
pekerjaannya tugas utamanya berkenaan dengan kompetensi perbuatan, perilaku,
performance yang menunjukkan kecakapan, kebiasaan, keterampilan melakukan
sesuatu tugas atau peranan secara standar seperti yang di tuntut oleh suatu
okupasi ( Nana Syaodih, 2004).
Makna yang terkandung dan
tersirat dalam KBK terdiri 2 hal, yaitu : Pertama, KBK mengharapka adanya hasil
dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian
pengalaman belajar yang bermakna, dan kedua KBK memberikan peluang pada siswa
sesuai dengan keberagaman yang dimiliki masing-masing. Oleh karena itu, proses
pembelajaraan KBK harus didesain agar dapat
melayani setiap keberagaman tersebut.
Berdasarkan makna
tersebut, maka KBK sebagai sebuah kurikulum memiliki karakteristik utama
sebagai berikut : Pertama, KBK memuat sejumlah kompetensi dasar sebagai
kemampuan standar minimal yang harus dikuasai dan dicapai siswa.
Kedua,implementasi pembelajaraan dalam KBK menekankan pada proses pengalaman
dengan memperhatikan keberagaman setiap individu. Ketiga, evaluasi dalam KBK
menekankan pada evaluasi dan proses belajar.
Depdiknas (2002)
mengemukakan karakteristik KBK secara lebih rinci, yaitu :
Menekankan pada
ketercapaian kompetensibaik secara individual maupun klasikal, artinya isi KBK
intinya sejumlah kompetensi yang harus dicapai siswa, dan kompetensi inilah
sebagai standar minimal atau kemampuan dasar.
Beroreantasi pada hasil
belajar dan keberagaman, artinya keberhasilan pencapaian kompetensi dasar
diukur oleh indikator hasil belajar. Indikator inilah yang dijadikan acuan
kompetensi yang diharapkan.
Penyampaian dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervareasi sesuai dengan
keberagaman siswa.
Sumber belajar bukan hanya
guru, tetapi sumber belajar lain yang memenuhi unsur edukatif, artinya sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.
Penilaian menekankan pada
proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu
kompetensi.
Setelah memaahami
karakteristik KBK, maka sebenarnya yang ingin dicapai oleh Kurikulum Berbasis
Kompetensi adalah mengembangkan peserta didik untuk menghadapi perannya di masa
mendatang dengan cara mengembangkan sejumlah kecakapan hidup (life skill). Life
skill merupakan kecakapan yang harus dimiliki seorang untuk terbiasa berani
menghadapi problemkehidupan secara wajar kemudian secara kreatifmencari solusi
untuk mengatasinya.
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Evaluasi merupakan suatu
proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang
dipertimbangkan seperti orang, benda, kegiatan, keadaan kesatuan tertentu.
Karakteristik evaluasi meliputi, pertama evaluasi merupakan suatu proses atau
tindakan, kedua proses tersebut dilakukan untuk memberi makna atau nilai.
Kriteria keberhasilan
belajar siswa meliputi: aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek
kognitif berhubungan dengan kemampuan kecerdasan dan intektual siswa, aspek
afektif berhubungan dengan penilaian terhadap sikap dan minat siswa terhadap
mata pelajaran dan proses pembelajaran.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar di atas caranya
1. Masukkan Komentar anda di kolom komentar
2. Pada Kotak "Beri Komentar sebagai" pilih akun yang ada pada pilihan.
3. klik publikasikan.
5. isi code capta
6. tekan enter atau publikasikan.
Anda di perbolehkan berkomentar dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1. Komentar jangan mengandung SARA dan PORNO
2. Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan.
3. Tidak Boleh SPAM
4. Jangan meninggalkan Link aktif pada komentar. Komentar dengan Link Aktif akan dihapus.
5. Berkomentarlah sesuai dengan topik artikel